Senin, Maret 26, 2007

USTADZ MURTAD MA'HAD AL ZAYTUN




Ana aktivis NII KW 9 dari tahun 1996 pernah mengajar di Al Zaytun, sudah 4 tahun keluar Al Zaytun. Sebuah lembaga yang dibangun dari rasa kekecewaan terhadap kondisi ummat dan untuk memberi rasa bangga kepada ummat ini, sebuah gagasan yang brilian dari seorang yang dianggap mumpuni dapat membuat jaringan ke seluruh wilayah republik bahkan sampai negeri jiran dalam naungan negara karunia Allah.

Betapa bangga saat pertama mengkader tunas-tunas yang akan mewarnai Negara karuniaNya, telah andil ikut menjadi pelaku sejarah dan pemberi warna kepada calon pemimpin massa depan yang akan memimpin dunia. Hari itu 27 Agustus menjadi saksi betapa seorang Presiden dari negara RI menjadi saksi kebangkitan ummat yang dimulai dari sebuah desa sunyi, Mekarjaya Haur geulis mengangkasa sampai ke Asia tenggara bahkan Asia dan dunia, sebuah prestasi maha luarbiasa yang orang-orang NII KW 9-pun seakan tidak percaya bahwa kita bisa. seiring perjalanan di tahun pertama skenario seakan berjalan sesuai dengan script sang sutradara, semakin menyala semangat seakan Fathul makki tinggal hitungan hari.

Pengembangan SDM warga Ma’had semakin menambah rasa percaya diri, penulis ikut serta dalam diklat di IPB dan Pelatihan Jurnalistik dan berbagai pelatihan di dalam Ma’had. Rasanya membuat silau orang yang mendengar dan melihat betapa Al Zaytun bak anak panah yang membumbung ke angkasa tanpa ada yang busur menyaingi, sipa yang tak berdecak kagum bila setiap hari ada saja proyek yang dihasilkan, ada program yang akan dibuat dengan skala nasional maupun antar bangsa.

Dua tahun sudah berlalu kegiatan di ma’had semakin memacu dengan adanya isue-isue justru semakin memperkokoh keyakinan bahwa kita memang akan menjadi pelaku besar dalam sejarah negara karunia Allah, lihatlah Musa vs Fir’aun, Ibrahim vs Namrudz, Muhammad vs Abu jahal bahkan Adam vs Iblis, sebuah siraman dari sang Syaikh yang tetap membakar setiap ba’da Jum’at.

Tiga tahun sudah ana jadi pelaku sejarah yang kadang secara manusia suka ada hal-hal yang kurang cocok terutama dalam pola pembinaan santri yang sentralistik di tangan satu orang, pola kebijakan dari atas yang tidak sesuai dengan dinamika yang berkembang di majelis guru, atau hal-hal yang bersifat kebutuhan dasar diri, keluarga anak dan hak hidup standar yang jauh dari mencukupi untuk standar hidup sederhana sekalipun, tetapi buru-buru dikubur dengan semangat kita sebagai pelaku sejarah dan pewarna para kader masa depan. Sampai suatu hari terlihat satu demi satu para petinggi ma’had meghilang tak terlihat lagi. Ada apa gerangan yang terjadi. Sebuah pembangkangan seperti Iblis yang tidak mau bersujud kepada Adam, informasi yang sangat menetramkan saat itu karena kita adalah Adam dan mereka yang membangkan adalah ….? Naudzubillah. akhirnya mulailah terkuak sedikit demi sedikit manajemen pesantren spirit but modern system adalah manajemen ala Gus dur mengelola Istananya tak lebih baik, terlalu banyak miss manajemen yang terjadi dalam pengelolaan ma’had, cita-cita awal untuk membangun Madinah, sampai pengelolaan keuangan Sumbangan; infak, sodaqoh, qirod, keuangan santri, pengelolaan oleh konco-konco dan keluarga besar abu ma’arik. 1 Juli 2002 ana memantapkan untuk pulang kembali ke fitrah awal Al Jamaah adalah yang tetap memegang Alqur’an wa Sunnah dengan pemahaman Salafussoleh (generasi pertama dari ummat ini) meskipun sendirian. Insya Allah ana Mantap.

IBNU-HIDAYAH.COM