Jumat, Januari 04, 2008

REKTOR UI DUKUNG NII KW 9




Universitas sebagai institusi pencetak intelektual muda bukan rahasia lagi menjadi sasaran empuk aliran-aliran yang kontroversial. Pemikiran kritis tanpa didasari pengetahuan agama yang kuat seringkali membelokkan keimanan sang mahasiswa.

Fakta banyaknya mahasiswa yang menjadi pengikut aliran Al Qiyadah Al
Islamiyah di Yogyakarta menjadi bukti kuat betapa kampus menjadi target penyebaran aliran seperti sesat.

Prihatin dengan kondisi ini, Nuansa Islam (Salam) UI, lembaga dakwah
mahasiswa di tingkat universitas mendirikan lembaga Anti NII Center.

Lembaga ini bertugas mendeteksi dan melawan aliran menyimpang yang timbul di kalangan mahasiswa UI. Selain itu, para mahasiswa yang menjadi korban, diberi bantuan bimbingan dan advokasi agar kembali sadar.

"Alhamdulillah sejak ada lembaga ini, banyak laporan yang kami terima," ungkap Assad Syah Doa, anggota Salam UI yang aktif di lembaga Anti NII Center.

Dalam pemaparannya di acara diskusi bertajuk "Indonesiaku Subur Aliran Sesat" yang digelar di kampus FISIP UI, Depok, Jawa Barat, Senin (26/11/2007), dia menyebutkan, mahasiswa memang selama ini selalu menjadi target perekrutan anggota-anggota baru oleh aliran semacam yang menyimpang.

Penamaan lembaga Anti NII Center karena aliran NII di UI disinyalir telah ada sejak dulu dan memiliki jaringan yang kuat.

Pernyataan ini dibenarkan oleh anggota Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI Pusat Amin Djamaluddin yang menjadi pembicara.

Dari data yang dimilikinya, UI memang termasuk kampus yang mahasiswanya selalu diincar dari tahun ke tahun.

"Selain itu ada UIN Ciputat dan beberapa universitas lain di Jakarta," sebut Amin.

Peran Alumni

Dalam mencari korban, kelompok-kelompok aliran itu biasanya menggunakan jaringan alumni. Biasanya mereka mengincar adik kelas di SMA yang masuk ke UI.

"Pendekatan ini cukup efektif, karena biasanya mereka berasal dari daerah yang sama," tutur Ketua Divisi Kajian Strategis Salam UI Ade Wiharso kepada detikcom.

Selain itu, model penyebaran kuisioner dan ajakan diskusi menjadi cara yang lazim dipakai. "Paling mudah dengan pendekatan kultural," ujar Ade.

Dia menambahkan, sejak lembaga Anti NII Center diluncurkan empat bulan lalu, ada 7 korban aliran yang dinilai menyimpang terutama NII yang berhasil diselamatkan.

"3 Mahasiswa masih dalam proses penyembuhan. Karena untuk menyadarakan mereka lagi butuh waktu yang cukup lama, apalagi yang sudah menjadi anggota," ujar mahasiswa jurusan Ilmu Politik FISIP UI ini.

Dalam memberikan penyadaran, Ade mengatakan peran orang tua korban sangat diperlukan. "3 Korban itu masih dikarantina oleh keluarganya."

Dia menjelaskan dalam melakukan kerja, lembaga ini bekerjasama dengan
lembaga dakwah di masing-masing fakultas.

"Di semua fakultas ada semacam posko yang menerima laporan," kata Ade.

Salam UI, lanjut dia, juga membuka call center dan SMS center yang setiap saat melayani laporan dari semua mahasiswa jika melihat atau pernah diajak ikut aliran semacam itu.

Untuk saat ini, Ade mengungkapkan, lembaga ini lebih berfokus pada
sosialisasi soal aliran sesat melalui seminar-seminar rutin yang diadakan.

Sayangnya, Ade mengeluhkan, perhatian pihak rektorat dirasakan belum
optimal. Sebab kegiatan sosialisasi melalui seminar-seminar atau diskusi membutuhkan dana yang tidak sedikit.

"Saat launching kita pernah minta bantuan dana kepada rektorat. Tapi sampai sekarang tidak pernah ada respons," pungkas Ade

sumber : www.ui.ac.id