Sabtu, Januari 08, 2005

Fenomena Kaum Kaslanis

Apa itu Kaslan ?

Ditinjau darii bahasa berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah malas.

Kenapa kaslan ?

Jawabannya ya karena merasa diri tak mampu sehingga jadi malas. Sudah umum berlaku di dunia pendidikan bahwa anak yang malas biasanya bodoh. Karena bodoh dan tak ada kemauan utk pintar apalagi belajar jadinya malas. Malas masuk sekolah, malas mengerjakan PR karena bodoh, karena merasa tak mampu,. Juga biasanya malas masuk sekolah karena takut bertemu dengan gurunya, takut ditanya, takut diberi PR, dan sejumlah alsan lainnya. Jadi bisa disimpulkan anak yang malas sekolah, suka bolos, biasanya bodoh karena ingin lepas dari tanggung jawab belajarnya.

Sudah jamak di suatu organisasi mempunyai rencana dan target untuk dicapai. Dan di sini korelasinya adalah bahwa yang kurang atau tidak sukses melaksanakan program biasanya jadi malas dan takut untuk mempertanggung jawabkan hasil program yang telah
dijalankan. Dan ini kemudian terakumulasi yang akhirnya menjadi menumpuk dan semakin banyak, sehingga mengakibatkan pelaksana program tersebut menjadi malas dan takut untuk mempertanggung jawabkannya. Dan biasanya terus lari dari tanggung jawab yang berujung pada kaslan atau desersi.

Akan halnya kemudian para kaslanis ini berdalih bahwa programnya salah, menyesatkan, dan seribu satu alasan dan dalih adalah hal yang biasa dan manusiawi adanya.

Kalau kemudian mereka mengatakan di berbagai media ��.dengan target di luar batas kemampuan �.dst� adalah perlu dipertanyakan kebenarannya. Adakah batas kemampuan seseorang ? kemampuan diri manusia pada dasarnya tak terbatas, dalam artian bisa terus digali dan dikembangkan. Kalau ada yang mengatakan di luar batas kemampuan, namun pada kenyataannya banyak yang mampu untuk memenuhi target tersebut, bahkan ada yang melebihi target. Jadi di sini kuncinya ada pada keseriusan dalam mengkawal program tersebut. Sekali lagi perlu saya kemukakan di sini bahwa dalam sebuah organisasi keluar masuk anggota adalah hal wajar. Keluarnya anggota dan kemudian
menjelek-jelekkan organisasi terdahulu adalah wajar dan manusiawi. Di sinilah letaknya keunggulan suatu oragnisasi diuji, apakah dengan keluarnya anggota akan
memperngaruhi jalannya organisasi atau tidak. Jadi tergantung pimpinan oraganisasi tersebut untuk selalu menekankan kelembagaan, nahniyah (kikitaan), bukan ananiyah (egois). Karena kalau bicara ananiyah hanyalah terdiri tulang dan daging yang usianya
berkisar rata-rata 60-70 tahun sahaja. Tapi kalau bicara �nahniyah� atau �kami� atau �organisasi� bisa ratusan bahkan ribuan tahun. Dan itulah yang selalu ditekankan oleh MAZ. Dalam mensikapi masalah ini MAZ ada pepatah �Datang tak membuat genap, pergipun tak membuat ganjil�. Karena sistem kelembagaan sudah berjalan dengan baik. Jadi siapapun yang memegang pimpinan tinggal menjalankan program azs/pokok yang telah disusun, tinggal pengembangan dan improvisasi.

Itulah yang membuat MAZ semakin eksis hingga kini, walau banyak badai menerpa. Adalah wajar sebuah oragnisasi yang semakin berkembang dan besar banyak cobaan yang menimpa, tinggal bagaimana mensikapinya.

Dalam sejarah Nabi-nabi ataupun orang-orang besar belum ada ceritanya mereka-mereka ini pekerjaannya mengomentari, menghujat, atau menjelek-jelekkan pekerjaan orang lain. Yang biasanya mmereka lakukan adalah memperkenalkan sebuah agama atau risalah yang biasanya berupa pemikiran baru untuk diterapkan oleh masyarakat. Jadi pekerjaannya menciptakan arus pemikiran, bukan sebagai pengganggu arus.

Akan halnya para kaslanis yang pekerjaannya mengganggu arus pemikiran MAZ kita lihat saja MAZ akan semakin tumbuh berkembang, dan mereka kelak akan selesai dengan sendirinya, yah ibarat ranting dan daun2 keringyang jatuh, kelak musnah tersapu angin.

Pun demikian halnya dengan adanya banyak faksi-faksi dalam NII adalah wajar adanya, tinggal menunggu seleksi alam saja, mereka-mereka kelak akan melebur ke dalam arus utama NII pimpinan Syaikh AS. Panji Gumilang. Demikian menurut wawancara majalah � Darul Islam � dengan Pak Ules Sujai, penasehat Syaikh AS. Panji Gumilang. Karena pada dasarnya NII pimpinan Syaikh AS. Panji Gumilang dan para pendahulunyalah arus utama (mainstream) gerakan NII. Mereka-mereka yang mengaku pimpinan-pimpinan faksi NII hanyalah ranting dan daun patah yang akan hilang dengan sendirinya. Fakta-fakta akan ranting dan daun patah ini sudah jelas adanya. Lihat saja komentar seorang kaslanis yang mengaku pernah berpindah-pindah faksi, akan tetapi tak menemukan ketenangan dan belum merasa menemukan kebenaran. Tentu saja tak akan dia dapatkan, karena faksi-faksi itu sebenarnya hanyalah fatamorgana belaka, keberadaannya bahkan masih
diragukan, karena belum terlihat jelas wujud keberadaannya. Kenapa belum jelas wujud keberadaannya ? Logika sederhana akan mengatakan, kalaulah keberadaan faksi-faksi ini benar adanya tentulah sudah tercium baunya, kenapa tidak tercium baunya ? Minimal
terdengar bisikannya ��. Jawabannya gampang saja, mereka-mereka ini hanyalah nama saja, tak ada gerakan, tak ada program, jadi vacuum, jadinya ya ndak ada
apa-apanya. Atau

kalau begini saya jadi ingat pidato Amien Rais saat masih menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah, "�.�..Kalau di depan rumahnya terpampang papan nama Ketua PWM atau PDM atau PCM, tapi tak ada masjid , madrasah, panti asuhan, atau majelis taklim atau kegiatan lainnya, lebih baik copot saja itu papan nama ��� ndak ada gunanya itu �� menyandang gelaran Pengurus Muhammadiyah� kira-kira begitu Amien Rais mengatakan dengan logat Yogya-nya yang medok.

Akhirul kata, yang ingin saya garis bawahi di sini adalah perlunya suatu organisasi itu menetapkan suatu target dan program untuk mencapai target tersebut.

Tanpa itu semua tak akan ada artinya, tanpa program dan tindakan sebuah organisasi tak berarti apa-apa. Dan dalam melihat MAZ janganlah dilihat dari wujud fisik bangunannya sahaja. Tapi pahami bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya, serta membina sdm-nya. Jadi pahami sistem secara keseluruhan bagaimana. Dan yang perlu menjadi renungan bersama adalah pertanyaan Raja Heraklius kepada utusan
Raulullah SAW yang mengajaknya untuk masuk Islam adalah mengenai apakah Rasulullah semakin dicintai atau dibenci, pengikutnya semakin berkurang atau banyak. Dan ini berlaku juga untuk MAZ, dan fakta berbicara bahwa hari ini semakin banyak yang mencintai MAZ, serta semakin banyak sahaja yang mendukung MAZ baik dalam dan luar negeri. �mereka (orang-orang kafir dan para kaslanis� hendak memadamkan cahaya Allah
(MAZ) tapi Allah berkehendak menyempurnakan cahayanya itu (MAZ) walau orang-orang kafir (dan para kaslanis) membencinya�. Kiranya ini bisa menjadikan bahan renungan bersama.

Wass.