Selasa, April 26, 2005

Kawan Al Zaytun, DI-TII KW-IX

Bismillahirohmannirrohiem,
Di dalam sistem islam dan kamus islam tidak ada
istilah “islam sesat”, karena jelas bagi siapa saja
yang tidak tidak mengakui Allah dan rosul atau
utusannya maka dia adalah orang yang dilaknat Allah.
Jadi jelas bahwa islam adalah islam, orang yang
mengakui di luar sistem Allah dangan bukti Al-qur-an
maka dia bukan sesat tapi telah keluar dari sistem
islam.

Lain halnya jika kita mengatakan “orang sesat”, itu
mengartikan bahwa si manusianya yang sesat akibat
bujukan iblis dan bukan islamnya yang sesat. Dengan
kita mengatakan islam sesat, secara tidak langsung
kita telah menghakimi bahwa islam adalah sesat dan
sistem di luar islam tidak sesat.

Istilah “Islam Sesat” justru lahir dari mulut orang
yang berada di luar sistem islam alias kafir, yahudi
dan nasrani, dan celakanya kalimat ini juga malah
banyak ditiru, ditelan mentah-mentah dan digaungkan
oleh orang-orang yang mengaku dirinya faham dan
mengerti Al-qur’an.

Sistem Islam sudah sangat jelas sekali diperuntukkan
bagi manusia dengan Al-quran sebagai pedoman yang
multidimensi, dari tingkatan filosofis, teori sampai
praktek sangat mudah sekali untuk dijabarkan oleh
manusia. Namun sayangnya manusia sendiri yang membuat
Al-quran agar sulit dipahami dan dipraktekkan, bahkan
pada tingkat yang lebih parah lagi Al-quran dalam
bentuk ‘kitab’ menjadi barang pusaka yang sakral dan
harus dikramatkan. Seringkali kitab Al-quran
diletakkan dilemari yang mahal harganya dan tidak
boleh dibuka atau disentuh karena khawatir nilai
kramatnya akan hilang. (pendapat seperti ini
seringkali dimanfaatkan oleh lawan-lawan DI-TII KW-IX
dengan menjungkirbalikkan kata-kata bahwa Al-quran
boleh diinjak-injak dibakar dan sebagainya).

Dengan Al-quran yang multidimensi tersebut, maka
seluruh jagad raya dan isinya sudah termuat di dalam
al-quran. Maka manusia banyak yang mulai
menspesialisasikan dirinya dengan Al-quran, ada yang
menjunjung tinggi teknologi, tata negara/tata
masyarakat, hukum/syariat, pengobatan dan banyak lagi.
Namun disayangkan banyak manusia tergoda untuk menjadi
sombong dengan menganggap bahwa dimensi Al-quran yang
dikuasai adalah yang paling benar. Misalnya, dimensi
Al-quran saya lebih benar daripada dimensi Al-quran
milik si Fulan bin Bulan, hingga akhirnya terjadilah
kondisi seperti dimana banyak bermunculan
aliran-aliran seperti Tasauf, Si’ah, Suni, Jamaah,
ahmadiyah (maaf ini sebagai contoh) dan sebagainya
yang cenderung menjadi egois. Lebih parahnya, satu
kelompok menganggap kelompok lain sesat hingga
akhirnya saling sumpah menyumpah, akhirnya
paling-paling “rumput yang bergoyang” saja yang tidak
sesat.

Dengan demikian sistem islam merupakan sebagai satu
mekanisme yang bekerja secara sempurna, saling
mendukung dan tidak berbenturan karena seluruh dimensi
Al-quran bermuara pada satu yakni Allah. dalam sistem
islam, justru aliran-aliran dan paham-paham semua
bermuara dari Al-quran, sehingga setiap manusia
semakin memahami Allah.

Kalau kita menyebut Dien (sistem), maka kita juga akan
teringat dengan runtuhnya Negara Islam Turki tahun
1925. Saat itu Kemal Ataturk memproklamirkan
pemisahaan sistem islam dari negara Turki, syariat
dilakukan oleh pribadi-pribadi dan negara memiliki
sistem pemerintahannya sendiri dan itu berlaku sampai
hari ini.

Hal ini bisa terjadi karena adanya sokongan kuat dari
pemikir-pemikir kafir pada saat itu seperti Halide
Edib Honoum, Captain Amstrong, Stephen Ronart dan
sebagainya yang jalas-jelas menyokong pemisahan sistem
pemerintahan negara dengan sistem islam. Hingga
akhirnya bagi pihak barat Kemal Ataturk dianggap
sebagai pahlawan, karena berani memisahkan islam dari
pemerintahan Turki dan sebagai imbalannya negara ini
sampai sekarang sangat banyak mendapat bantuan ekonomi
dari barat.

Mengapa Negara Islam Turki bisa ambruk, padahal
negara-negara yang berada di bawah panyungnya seperti
Mesir, Afrika, Jazirah Arab, Melayu masih setia
mendukung. Hal ini terjadi justru karena rakyat Turki
sendiri sudah tidak mau lagi menopang ekonomi negara
melalui sistem islam dan mensubsidi negara-negara di
bawah payungnya. Ditambah lagi dengan tekanan dan
perang yang berlangsung lama antara Islam melawan
kafir. Keadaan inilah yang membuat Negara Islam Turki
runtuh dan telah dilupakan orang.

Hingga akhirnya manusia menjadi alergi mendengar
sistem islam sebagai fondasi negara, bahkan lebih
kasar lagi pencetus ide negara islam sebagai islam
sesat dan orang gila. Tidak heran bila Alm.
Kartosuwiryo, Kahar Muzakar, Ayatollah Khomaini,
Khadafi, dan terakhir GAM, Alkhaeda, Moro dan
sebagainya dicap oleh penentang sistem islam adalah
teroris dan islam sesat.

Stempel “Islam Sesat” inilah yang selalu
dihembus-hembuskan dan dipropagandakan untuk mengikis
habis gagasan-gagasan sistem islam sebagai fondasi
negara. Hingga akhirnya kita sekarang tidak sadar dan
mungkin juga sadar telah menggunakan “Islam Sesat”
stempel untuk menyingkirkan lawan-lawan di luar aliran
atau kelompoknya. Nauzubillah Minzalik.