Rabu, April 20, 2005

KONSPIRASI BIN DENGAN AL ZAYTUN

Seratus anggota Laskar Sabillilah dengan menumpang tiga metromini mendatangi kantor Cedsos (Center for Democracy and Social Justice Studies) guna memprotes tuduhan konspirasi intelijen antara kelompoknya dengan gerakan islam radikal.
”Kami sudah melaporkan fitnah ini ke Polda dan akan kami tuntut secara hukum mengenai pencemaran nama baik yang dilakukan oleh CeDSos terhadap pimpinan Laskar Sabillilah, Nur Hidayat Assegaf,” ujar salah seorang delegasi yang menemui Direktur Cedsos, John Mempi, di Jakarta, Jumat, (12/12).
Dalam pernyataan sikap Laskar Sabillilah yang ditandatangi A.Taufiq diungkapkan bahwa Umar Abduh yang menulis buku Konspirasi Intelejen dan Gerakan Islam Radikal dan diterbitkan oleh Cedsos itu, adalah pendusta besar dan menyebarkan fitnah tidak berdasar.
Umar Abduh, mantan napol kasus Imran, Cicendo dan Woyla dan penulis buku Al Zaytun Sesat dan Al Zaitun Gate, dikatakan sebagai provokator dan teroris. ”Kami menuntut agar ia di tangkap dan diadili dan dihukum dengan hukuman sebagai teroris,” tegas A. Taufiq.
Lebih lanjut Laskar Sabillilah menuntut agar buku Konspirasi Intelejen dan Gerakan Islam Radikal dimusnahkan dan ditarik dari peredaran, karena dianggap sebagai penyimpangan informasi yang mengakibatkan perselisihan.
Umar Abduh ketika dihu-bungi menjelaskan bahwa buku tersebut adalah rangkaian dari fakta-fakta yang didapat dari kliping koran maupun sumber tertulis lainnya yang memang menunjukkan bagaimana keterlibatan intelejen dalam gerakan Islam Radikal. ”Justru perselisihan antar umat Islam dan dengan agama lain dapat dilihat sebagai hasil dari operasi-operasi intelejen tersebut,” jelasnya.
Ia menjelaskan keterlibatan Nur Hidayat dalam Kasus Lampung. ”Dalam salah satu bab pada buku itu memang menunjukkan Nur Hidayat sebagai provokator kasus Lampung yang pernah dipelihara oleh Hendro Priyono sebagai Danrem Garuda Hitam di masa Orde Baru,” jelasnya.
Direktur Cedsos, John Mempi ketika dihubungi menjelaskan bahwa sekarang ini adalah masa keterbukaan, dimana semua file lama yang kelam harus dibuka kembali agar terdapat kebenaran sejarah.
”Ini untuk mempermudah rekonsiliasi nasional sebagai tuntutan sipil strategis. Kami bersedia berdebat secara terbuka demi kejelasan dan penyelesaian semua konflik yang ada,” tegasnya.
Ia melanjutkan memang Cedsos sedang meneliti sampai sejauh apa keterlibatan aparat dalam konflik besar yang ada di Indonesia baik dari masa orde baru maupun sampai sekarang. ”Ini penting untuk menjadi arsip sejarah bangsa ini. Agar generasi mendatang dapat mengantisipasi,” ujarnya.