Selasa, April 26, 2005

Zaytun, Lambang Keberhasilan Islam

Assalamu'alaikum wr. wb.

Ukhti IDA SURYANI, untuk kali ini saya bisa menarik kesimpulan, bahwa anda
kemungkinan besar adalah aktivis (anggota) Islam Jama'ah alias LDII, atau
setidaknya bersimpati kepada gerakan tersebut.

Anda mengatakan, "…memangnya belajar agama Islam itu cukup lewat milis ...???"
Artinya anda sendiri menyadari keterbatasan milis sebagai forum belajar (ttg
Islam). Oleh karena itu di milis ini yang hanya "sekedar" memberikan informasi
ttg adanya ajaran sesat yang membawa-bawa nama dan simbol Islam, tidak
sepatutnya anda tuntut untuk menjadi "institut" yang memberikan kurikulum
lengkap.

Soal kiai yg anda sebut, tentu maksud anda adalah Bambang Irawan, yang pernah
menjadi tangan kanan (orang kedua) tokoh utama Islam Jamaah Nur Hasan. Soal
apakah Bambang punya sakit hati pribadi krn tidak diangkat sebagai Imam di
kerajaan sesat Islam Jamaah, itu urusan pribadi beliau dengan IJ, dan hanya
Allah yg tahu rahasia hati seseorang.

Kesan "kasar" yang anda peroleh dari makalah yang beliau tulis, itu belum
seberapa. Dan itu pun sudah mengalami proses editing, jadi sudah dibuat agak
lunak. Kalau anda bertemu dengan orangnya, mendengarkan ceramahnya secara
langsung, niscaya anda akan lebih terkejut lagi, karena unsur "kasar" akan lebih
pekat dirasakan.

Dan itu adalah urusan pribadi beliau. Karakter "kasar" atau tidak itu bukan
titik perhatian kami di dalam menjalankan peranan sebagai "informan" kepada
ummat ttg adanya ajaran sesat yang mengatas-namakan Islam. Sikap Bambang "kasar"
atau tidak, tidak merubah kesesatan ajaran Islam Jamaah alias LDII.

Sikap atau karakter "kasar" Bambang, menurut penilian saya berasal dari sifat
bawaannya yg memang "kasar" ditambah lagi dengan doktrin yang ia terima sebagai
anggota Islam Jamaah dulu. Salah satu doktrin Islam Jamaah setahu saya adalah
boleh bersikap kasar kpd siapa saja yang bukan komunitas Islam Jamaah. Bahkan
lebih dari kasar pun boleh dilakukan, karena di luar anggota IJ adalah orang
kafir.

Dari sikap "kasar" Bambang itu, kita sebenarnya telah menemukan bukti, bahwa
meski ia telah bertobat dan keluar dari Islam Jamaah, namun akar doktrin IJ
belum tercerabut tuntas, artinya masih mencengkeram di dalam kepribadiannya.
Apalagi bila bakat dasar ybs memang sudah "kasar"…, tentu akan lebih lama lagi
pengaruh doktrin IJ itu hilang dari sistem kepribadiannya.

Salah satu doktrin IJ lainnya adalah, bahwa Islam yang haq itu adalah Islam yang
diajarkan langsung oleh keluarga (keturunan) Nur Hasan Ubaidah Lubis (Madigol).
Ia mengklaim dirinya keturunan langsung nabi Muhammad SAW. Sehingga meski si
Bambang ilmunya sudah tinggi, namun karena ia bukan keturunan Madigol (berarti
bukan keturunan Nabi Muhammad SAW), maka ia tidak berhak menjadi Imam. Doktrin
ini ada kemiripan dengan konsep AHLUL BAIT yang dikenal di kalangan syi'ah.

Jadi, si Bambang itu "kasar" atau tidak, itu urusan dia dengan ummat dan Allah.
Yang jelas, tugas kami adalah memberikan informasi ttg ajaran Islam Jamaah alias
LDII yang memang sesat sampai sekarang!

Untuk akh DEDI WIBOWO, sebelumnya saya perlu koreksi pernyataan anda, bahwa saya
belum pernah menjadi petinggi NII (dari faksi mana pun). Saya bergaul dengan
orang-orang NII antara lain ketika kami sama-sama berada di "pesantren" (penjara
Orde Baru). Sampai kini pun saya masih bergaul dengan kalangan NII dari berbagai
faksi.

Apa yang saya lakukan (menerbitkan buku "Pesantren Al Zaytun Sesat" dan
sebagainya) bukanlah perbuatan menjelek-jelekkan Islam atau memfitnah Zaytun.
Buku itu merupakan hasil investigasi, juga testimoni mantan korban. Jadi,
merupakan suatu fakta yg harus disosialisasikan kepada umat Islam, sehingga
tidak semakin banyak yang menjadi korban.

Membuat yg lebih baik dari Zaytun? Setahu saya lembaga pendidikan Islam (bukan
Zaytun) sudah cukup banyak yang kualitasnya lebih baik dari Zaytun, misalnya
Lembaga Pendidikan Al Azhar dan sebagainya. Jadi saya tdk perlu membuat yg lebih
baik dari Zaytun. Justru Zaytun sampai saat ini BELUM TERBUKTI telah menjadi
lembaga pendidikan YANG LEBIH BAIK dari lembaga pendidikan Islam yang ada.

Mungkin anda terkecoh dengan kemegahan gedung Zaytun di tengah padang tandus, di
tengah komunitas miskin di sekitarnya, di tengah pemukiman sederhana yang
mengitarinya. Sebagai lembaga pendidikan, Zaytun belum terbukti lebih baik.
Bahkan sampai saat ini Zaytun menyembunyikan kurikulumnya.

Berdasarkan testimoni mantan korban, ada yang mengatakan, bahwa anaknya setelah
hampir dua tahun bersekolah di Zaytun, tata cara shalatnya tidak benar,
wudhu-nya juga tidak lebih baik, begitu juga dengan kemampuannya membaca
al-Qur'an. Tidak ada perkembangan yang menggembirakan. Artinya, kenyataan yang
ada berbeda dengan promosi yang mereka gembar-gemborkan di berbagai media massa.

Kemegahan gedung Zaytun tidak sebanding dengan kualitasnya sebagai lembaga
pendidikan. Justru seringkali kemegahan merupakan awal kehancuran. Apalagi bila
kemegahan itu berada secara mencolok di tengah-tengah kemiskinan. Terlebih lagi,
bila kemegahan itu didirikan melalui mekanisme tipu daya dan pemerasan terhadap
ummat yang awam dengan dalih DEMI ISLAM dan tegaknya DAULAH ISLAM (Negara Islam
Indonesia).

Bagi kami, kemegahan Zaytun adalah lambang keberhasilan musuh Islam menipu
ummat, menipu tokoh Islam (termasuk tokoh ICMI spt Adi Sasono), memeras ummat
dengan dalih demi kepentingan Islam dan berdirinya negara Islam kelak.

Cobalah anda baca kembali beberapa testimoni mantan korban NII KW9 Al-Zaytun
yang pernah dipublikasikan di milis ini. Atau, tunggu testimoni mantan korban
lainnya di milis ini.

Wassalamu'alaikum wr. wb