Senin, Juni 20, 2005

PENGALAMAN BAPAK JOKO 2002

joko1974 wrote:

Terimakasih atas tanggapannya. Apa yang saya ceritakan terdahulu, adalah kenyataan yang saya alami sendiri. Jika dianggap angin lalu, silakan saja, saya hanya mempersoalkan masalah tanggung jawab terhadap apa yang kita kerjakan. Kalau sesuatu bersumber, betul-betul, dari Al Qur'an dan Sunah Rasul, pasti tidak ada ekses negatif, dan bila ada ekses, kalau kita berniat baik tentu akan kita cari penyelesaiannya, tidak akan lari/menghindar begitu saja. Jadi kalau masih ada ekses negatif, apalagi tidak ada pertanggungjawaban, tak urung muncul kecurigaan, dan yang jadi korban adalah nama Islam. Marilah kita belajar bertanggungjawab secara keseluruhan. Itu saja, sekedar uneg-uneg saya.

Joko

----------------------------

Gatot "NII - Al Zaytun" Subroto :

Bismillahhirrahmannirrahiem,

Apa yang bapak Joko utarakan benar, Al-quraan dan Sunnah Rasul merupakan keharusan bagi setiap orang yang mengaku muslim. Katolik dan Nasrani juga mereka berusaha melaksanaan Al-quran dan sunnah rasul, tapi mereka melaksanakan Injil/Bible dan Nabi Isa, Yahudi juga melaksanakan tapi mereka melaksanakan Taurat dan nabi Musa. Mereka juga lari dari tanggung jawab, karena tidak mau mengakui keberadaan Nabi Muhammad dan Al-quran karena menurut mereka terlalu berat untuk dilaksanakan.

Untuk kasus anda, saya mengusulkan untuk coba bertanya kepada Bapak Bang Mufti, mungkin beliau bisa menjawab pertanyaan dan kejengkelan anda setelah apa yang anda alami. Berikut pernyataannya beberapa waktu lalu kepada saya, (pada 21 februari 2002 di milis islam sesat) mengenai kegiatan makar yang dilakukannya (saya copy saja dari milis):

"Bung Iann, saya hijrah saat anda masih kecil sekali,dan sampai saat ini saya masih aktif di NII Al Zaytun bersama anda, dan akses saya bukan cuma kelas mal atau propinsi, Alhamdulillah..... kalian tdk pernah tahu keberadaan Kami. Tahu kenapa ? Kami sangat yakin sekali dg statement berikut, "Mereka merencanakan sebuah makar, tapi Allah Maha Pembuat Makar Tiada Tara", Kami tahu "kata kunci" ayat tersebut!!!"

Dan mungkin Bapak Bang Mufti ini juga bisa menjawab pertanyaan soal penggerebekan oleh Kepolisian Sektor Pulo Gadung terhadap para pembantu rumah tangga yang berhasil direkrutnya untuk disuruh mencuri rumah majikannya. Dan lucunya salah satu pembantu yang ditangkap mengaku pernah sekolah di pesantren NII Al-Zaytun, padahal umurnya saja sudah 18 tahun, sedangkan para santri di NII Al Zaytun rata-rata baru berumur 12 sampai 14 tahun.

Untuk masalah pemutar balikan fakta, pemerintah NKRI paling jagonyalah. Lihat saja di Aceh sekarang ini misalnya, berapa banyak warga sipil yang tewas dibunuh oleh "oknum" dan kemudian yang paling gampang dan mudah dituding adalah GAM. Bagaimana dulu misalnya perjuangan Bapak SMK berkali-kali dituding sebagai perampok orang miskin, padahal banyak penduduk mengatakan pasukan (DI/TII Aseli) tidak memiliki senapan mesin sedangkan para perampok selalu menggunakan senapan mesin dan yang memiliki senapan mesin pada waktu itu hanya dari pasukan Siliwangi.

Jadi kalau ada pertanyaan masalah tanggung jawab, menurut saya (beda pendapat juga boleh) adalah orang yang konsisten dengan keyakinannya dan mau bertobat untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya di masa lalu dengan berbagai konsekuensi yang harus ditanggungnya. Selain juga tidak lagi mengulangi kesalahannya di masa lalu. Tapi kebanyakan orang islam sebaliknya selalu mencari "pembenaran" atas kesalahannya di masa lalu dan akhirnya makin terjerumus dalam kesesatan karena tidak mau mengakui kesalahannya.

Termasuk juga seluruh bangsa Indonesia, kenapa tidak mau bertobat? Sudah jelas berbagai bencana yang terjadi akhir-akhir ini merupakan teguran dari Allah, Jelas bagaimana pergantian kekuasaan di NKRI selalu diwarnai dengan lumuran darah di tangannya. Tumbangnya Belanda diwarnai lumuran darah pejuang kemerdekaan, tumbangnya orde lama diwarnai dengan jutaan darah orang PKI, tumbangnya orde baru diwarnai dengan darah puluhan aktivis dan mahasiswa? Lalu sekarang, apa yang akan terjadi? Darah siapa lagi akan dikorbankan?

Jadi kejengkelan dan kegeraman Bapak Joko, mungkin bisa anda tanyakan kepada hati nurani Bapak Bang Mufti. Siapa tau dia bisa memuaskan perasaan hati Bapak Joko1974.

Demikian dari saya.

Gatot Subroto (di Bumi Allah)