Senin, Agustus 15, 2005

Police Bantu Hilangkan Barang Bukti NII AL Zaytun

Direktur I Keamanan Trans Nasional Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Brigadir Jendral Pranowo Dahlan menyatakan penggerebekan markas Negara Islam Indonesia (NII) di Jalan Samali, Pejaten, Jakarta Selatan, Minggu (31/7), tidak ditangani pihak Mabes Polri. "Yang menggelar operasi itu Polda Metro,"katanya.

Pranowo mendengar operasi itu, namun karena bukan satuannya yang menangani operasi itu, maka laporan dari Polda tidak akan masuk ke mejanya. "Di mabes, nanti ditangani oleh Densus (88 anti terror),"katanya.

Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Suhardi Alius menyatakan tidak menangani operasi itu. Hal yang sama disampaikan Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Ghufron. "Tidak ada operasi itu di wilayah kami. Kalaupun ada, kemungkinan dilakukan oleh pihak mabes atau intel,"katanya.

Memang, penggerebekan markas NII yang disebut Malja itu atas inisiatif para keluarga korban. Keluarga korban menghubungi lembaga pemantau ajaran sesat (LPPI). Karena keluarga korban merasa diperas. Lembaga inilah yang berkoordinasi dengan keluarga korban dan masyarakat setempat. Ikut serta dalam penggerebekan itu tiga anggota Badan Intelejen Nasional (BIN) dan dua polisi. "Para aparat itu cuma nonton-nonton saja, bahkan polisi cenderung menghilangkan barang bukti,"ujar salah seorang anggota LPII yang ikut menggerebek.

Anggota LPII itu, bahkan menyita sejumlah catatan di markas itu, berupa catatan pribadi tentang NII, laporan pemantauan dan penyetoran uang, serta foto-foto para aktifis NII, saat masih belajar di Mahad Al-Zaytun, Indramayu. "Pemimpin NII di Malja Samali itu seorang perempuan, lulusan Al-Zaytun,"ujar anggota LPPI itu.

Sumber : Tempo