Senin, Januari 23, 2006

Haruskah Kita Hijrah ke NII AL ZAYTUN

Saya telah beberapa kali didatangi oleh orang yang mengajak saya untuk "Hijrah" dari "Mekah" ke "Madinah" dengan berbagai macam pembicaraan yang sebagian benar. Dalam hal ini saya ingin tahu apakah sebenarnya yang menjadi target dalam pendirian NII, apakah hal itu benar secara Al-Qur'an dan Apakah saya harus mengikuti atau menghindari mereka? Demikian terima kasih atas jawaban dari Pak Ustadz.

Yo
Jakarta Selatan
2004-01-27 09:10:41

Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Ajakan yang bercirikan model hijrah seperti itu sebenarnya hanya memanfaatkan keawaman umat Islam saja. Hampir semua argumen yang mereka sampaikan, sangat sulit bisa diterima secara syariah Islam.

Sebab Rasulullah SAW sudah bersabda bahwa tidak ada lagi hijrah setelah fathu Mekkah. Laa hijrata ba�dal fathi . Yang ada hanyalah jihad dan niat.

Lagi pula yang dimaksud dengan hijrah oleh mereka umumnya adalah berbai�at kepada pimpinan mereka. Lalu akan ada sekian banyak kewajiban mengikat lainnya seperti wajib bayar infaq entah 10 atau 20 % dari pendapatan. Kisah-kisah yang sampai kepada kita dari para tokoh kelompok ini yang sudah tobat dan kembali ke jalan yang benar, sangat memprihatinkan. Mungkin Anda bilang bahwa itu fitnah, tetapi itulah yang dituturkan oleh mantan imam-imam kelompok sempalan yang pernah tertipu.

Mereka bercerita bagaimana mulut si imam menjadi sumber aturan syariah. Sehingga masalah halal dan haram tidak lagi kita rujuk kepada Rasulullah SAW, namun terputus hanya kepada apa yang dihalalkan dan diharamkan oleh si imam itu. Maka tidak hrean bila ada kelompok tertentu yang membolehkan pengikutnya buka jilbab asal bayar kafarat. Boleh melakukan yang telah diharamkan Allah SWT, asal bayar denda. Dan sialnya, selalu ujung-ujungnya denda dan itu berarti masuk ke kantong si imam. Jadi bila ada kasus seorang imam kaya raya dan berlimpah harta, cukup logis dan masih akal.

Juga bagaimana si imam ini menafsirkan semua ayat Al-Quran Al-Kariem dengan seleranya pribadi. Dan untuk itu, tidak seorang pun boleh merujuk kepada kitab-kitab tafsir yang sudah diakui di dunia Islam.

Kami tidak ingin menggeneralisir sebuah kelompok melakukan seperti itu, ttapi kasus seperti ini juga tidak mungkin ditutup-tutupi. Sebab bila sampai terjadi dan mengambil korban, kita punya tanggung-jawab moral untuk mencegahnya.

Dan biasanya, sasaran mereka adalah kalangan pemuda yang bersemangat namun awam dalam wawasan syariah. Sehingga dengan mudah bisa dibodoh-bodohi dan diselewengkan fikrahnya.

Karena itu bila Anda mendapati hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang Anda pahami dari ajaran mereka, silahkan Anda rujuk kepada para ulama yang paham benar tentang hukum dan syariat. Kalau kelompok itu punya mental yang gentle, pasti mereka mempersilahkan Anda melakukan konfirmasi dengan para ulama, bukannya malah menghalangi atau menutup-nutupi, seolah memang ada yang dirahasiakan.

Allah SWT telah berfirman :

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari manusia . Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS.Al-Maidah : 67)

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu , sedang kamu mengetahui.(QS.Al-Baqarah : 42)

Padahal tidak ada aturan dalam syariat Islam yang harus ditutup-tutupi, semua harus dibuka dan dijelaskan secara terang seterang matahari siang. Bahkan orang kafir sekalipun perlu diberi informasi tentang detail syariat Islam. Bagaimana mungkin ada bagian tertentu dari ajaran Islam yang HARUS ditututpi dan dirahasiakan ?

Dan ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab : "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,"...(QS.Ali Imran : 87)

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

NII AL ZAYTUN HIJRAH