Kamis, Juli 08, 2004

FUUI: Al Zaytun Pusat Komando KW-9, 90% dari Jakarta

detikcom - Jakarta, Al Zaytun merupakan jaringan sesat yang sebenarnya adalah Pusat Komando Komandemen Wilayah 9. Sebanyak 90 persen anggotanya yang menggelembungkan suara pada Pilpres berasal dari Jakarta.

Hal itu disampaikan Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) dalam rilisnya yang ditandatangani Ketua Badan Asistensi FUUI Bambang Ahmad Somantri kepada detikcom, Kamis (8/7/2004).

FUUI mengklaim menemukan asal usul melonjaknya suara pemilih Pilpres di Pondok Pesantren (Ponpes) Ma'had Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) kecamatan Haurgeulis, pesantren pimpinan Abdus Salam Panji Gumilang itu dihuni 4.962 penduduk berkelanjutan. Tapi pada Pilpres 5 Juli 2004, jumlah itu menjadi berlipat-lipat.

Tim Investigasi Aliran Sesat (TIAS) FUUI telah mendapat informasi mengenai rencana pengerahan massa tersebut sejak sebulan lalu. Dari kasus serupa pada Pemilu legislatif, TIAS telah memiliki fakta-fakta pendahuluan yang cukup untuk membongkar skandal nasional ini.

"Kami terlepas dari pretensi politik. Kami hanya sedang menjaga konsistensi upaya membongkar sebuah jaringan sesat, sekaligus mafioso yang terlibat dalam begitu banyak tindak kriminal," kata Koordinator TIAS Hedi Muhammad.

Pada 28 Januari 2002, FUUI mengeluarkan fatwa mengenai gerakan sesat. Fatwa itu menghimpun ciri-ciri gerakan sesat yang ditemukan TIAS melekat pada AS Panji Gumilang dan gerakan KW-9 yang dipimpinnya.

"Pesantren Al Zaytun merupakan kamuflase besar untuk menutupi fungsi sebenarnya sebagai Pusat Komando KW-9. Di luar kompleks Al Zaytun mereka sebut 'teritorial'. Melalui 5 lapis kepemimpinan, AS Panji Gumilang telah menginstruksikan kepada para pengikutnya di teritorial untuk mengikuti Pilpres di Al Zaytun," kata Hedi yang juga Sekjen FUUI itu.

TIAS menghitung hanya sekitar 10.200 orang yang didatangkan ke Al Zaytun. Jumlah penggelembungan hingga 24.825 suara berasal dari tindak kriminal pemalsuan KTP.

"TIAS memiliki banyak saksi yang semula pengikut AS Panji Gumilang. Mereka telah terbiasa memiliki 2 hingga 3 KTP. Jumlah itu 90 persen berasal dari Jakarta. Sisanya dari teritorial lain," ungkap Hedi. "Jika akan ada tindak lanjut hukum yang pasti, TIAS siap dengan banyak data dan saksi," lanjutnya.

Ketua FUUI KH Athian Ali M Da'i menegaskan, pihaknya terus berusaha membongkar kasus Al Zaytun tidak berbicara hanya soal pesantren, tapi terutama gerakan sesat yang dipimpin AS Panji Gumilang.

"Ada dua keanehan dalam kasus ini. Pertama, pemerintah berdiam diri. Padahal mereka telah memiliki data yang cukup. Kedua, jika semua ini fitnah, mengapa pihak Al Zaytun tidak menuntut kami secara hukum," tukas Athian. (sss)