Santri Berpacaran di Al Zaytun
Menyusul diterbitkannya beberapa buku *) yang menggugat Al Zaytun, Abu Toto AS Panji Gumilang telah memberikan instruksi kepada kalangan NII teritorial (yaitu para aparat atau mas’ul tingkat Daerah hingga tingkat Desa yang berada di luar kawasan Ma’had Al Zaytun) agar tidak bereaksi sedikitpun dengan adanya buku maupun acara bedah buku.
Kalau toh ada reaksi keras yang membela Ma’had Al Zaytun, itu berasal dari simpatisan dan sebagian wali santri ma’had tersebut yang terbakar emosinya, dan pada umumnya mereka bukanlah "orang dalam" dan tidak mengerti adanya keterkaitan sangat erat antara Ma’had Al Zaytun dengan gerakan kelompok sesat NII KW IX Abu Toto AS Panji Gumilang.
Kepada kalangan aparat NII fungsional (para pejabat tinggi NII yang berada di kawasan ma’had Al Zaytun) Abu Toto AS Panji Gumilang memberikan instruksi untuk melakukan "perbaikan" untuk memberikan kesan bahwa fakta yang disampaikan berbagai buku tadi sangat bertolak belakang dengan situasi dan kondisi Ma’had Al Zaytun yang sebenarnya.
Antara lain mereka melakukan "perbaikan" berupa penyelenggaraan shalat lima waktu berjama’ah di masjid Al Hayat. Mesjid itu kini menjadi penuh dan lebih rapi ketimbang sebelumnya. Para Garda, TIBMARA dan Asatidz maupun pengurus yayasan kini menjadi lebih ramah dan murah senyum, serta agak sedikit terbuka dalam melayani keinginan-tahuan para tamu melihat tempat-tempat yang dahulunya terlarang bagi tamu atau wali santri memasukinya.
Berbagai "perbaikan" tersebut dilakukan semata-mata dalam rangka menghadapi reaksi masyarakat atas terbitnya buku “Pesantren Al Zaytun Sesat” dan “Membongkar Gerakan Sesat NII Di Balik Pesantren Mewah Al Zaytun”.
Namun "perbaikan" itu tidak menjangkau masalah asrama (pemondokan) santri yang sampai saat ini antara asarama santi putra dan putri tidak ada batas dan tidak ada penjaga, sehingga para santri bebas "berkunjung" ke asrama lawan jenis. Bahkan para asatidz bebas "bertamu" ke kamar santri putri.
Demikian juga dengan kantin (tempat makan) dan aula olah raga masih tetap membaur antara santri putri (dan asatidzah) dengan santri putra (dan asatidznya). Juga, ditemukan kasus pacaran maupun perkawinan antar asatidz yang tidak melalui idzin walinya. Fakta ini diperkuat pula oleh kesaksian salah seorang santri kelas II & III yang ditarik orangtuanya dari ma’had Al Zaytun tanggal 7 Oktober 2001 lalu.
Mereka menuturkan: "Di Ma’had masalah pacaran adalah hal biasa, bahkan pada hari jum’at adalah hari wajib pacaran bagi para santri."
Sejauh mana sifat pacaran para santri tersebut? Mantan santri ini pun menjawab dengan entengnya sepertinya mantan santri ini sangat menikmati: "ya pelukan, ya ciuman di taman dekat akuarium atau di tempat pembibitan ikan patin."
Yang mengagetkan dari cerita mantan santri tersebut adalah pernah ada yang sampai hamil dan oleh para ustadz disuruh menggugurkan: "itu santri dari Malaysia," tuturnya.
Pornografi pun merebak di kalangan santri putra maupun putri melalui peredaran buku porno, yang menurut mantan santri tersebut sangat gampang dipesan melalui para Muwadzhdzhaf (pasukan kuning), terdiri dari berbagai judul dan kualitas cerita maupun gambar. Kartu remi porno yang paling banyak.
Para ustadz dan ustadzah pun sama saja, mereka juga suka baca buku maupun gambar porno tersebut. Adapun soal kekerasan, ternyata ma’had Al Zaytun masih belum berubah, dari penuturan mantan santri, setiap anak yang kedapatan bersalah ada yang dihukum kurungan (sel) tanpa diberi pakaian selama 2 bulan dan tentu saja sebelumnya dihajar secara fisik oleh 12 orang dewan guru di kamar D-130. Di kamar tersebut mereka tidak diberi kesempatan untuk shalat dan sepertinya para santri tersebut memang sudah terbiasa tidak shalat. Adapun cerita tentang shalat tanpa wudlu sampai sekarang hal itu masih berlangsung, dan para ustadz pun kelakuannya juga sama.
Pengakuan santri ini dengan didampingi tiga orang anggota keluarganya diabadikan dalam rekaman handycam. Bagi yang berminat bisa menghubungi kami.
[Ditulis berdasarkan laporan tim investigasi]
*) Buku-buku tersebut adalah:
1. PENYIMPANGAN & KESESATAN MA'HAD AL-ZAYTUN (Tanggapan terhadap Majalah Bulanan Al Zaytun); penerbit: LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, Jakarta, Mei
2001 (cetakan pertama); penulis: M. Amin Djamaluddin.
2. MEMBONGKAR GERAKAN SESAT NII DI BALIK PESANTREN MEWAH AL
ZAYTUN, penerbit: LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, Jakarta, Juni
2001 (cetakan pertama), penulis: Umar Abduh; editor: Hartono Ahmad Jaiz, M. Amin Djamaluddin.
3. PESANTREN AL-ZAYTUN SESAT? Investigasi Mega Proyek Dalam Gerakan NII; penerbit: Darul Falah, Jakarta, Juni 2001 (cetakan pertama); penulis: Umar Abduh..
--