Jumat, September 03, 2004

Aroma Busuk di A-Zaytun

Al Zaytun kembali membuat kontroversi. Hasil pilpres 5 Juli lalu memunculkan tanda tanya besar. Sejumlah pihak menuding ada kepentingan sedang dimainkan. Benarkah?

Mahad Al Zaytun yang berdiri dengan megahnya ternyata tak
seindah bangunannya. Selalu saja timbul permasalahan yang
kerap menyeret umat kepada kondisi yang membingungkan. Penggelembungan suara unttuk mengatrol raihan suara capres dan cawapres tertentu membuat gerah semua pihak. KPUD Jawa Barat yang memutuskan untuk di adakan pilpres ulang ternyata tak digubris sehingga hasil pilpres di Al Zaytun jadi menggantung tiada menentu.

Sejumlah orang eks mudarris, eks bupati, eks lurah dan eks anggota NII KW IX buka suara seputar pilpres 5 Juli lalu di Mesjid Al Fajr, jalan Situsari, Bandung (31/7). Erik, salah seorang diantara mereka menuturkan kalau mobilisasi massa yang terjadi di Al Zaytun adalah unsur kesengajan. Massa itu didatangkan dari Jakarta dengan menggunakan bus TNI. “Secara teritorial anggota NII KW IX sesungguhnya paling banyak berada di Jakarta. Jadi tidak mustahil setelah ada perintah dari Syekh maka dengan taat mereka akan datang ke Al Zaytun untuk memberikan suara.”

Tentu saja bisa seperti itu karena dalam garis kenegaraan, NII KW IX memiliki sembilan gubernur. Dari gubernur lalu perintah disampaikan kepada bupati, lurah dan sampai kepada rakyat yang paling bawah. NII KW IX mempunyai dua jalur strategis. Pertama adalah jalur teritorial. Titik tekannya bertumpu pada kewilayahan sehingga umat bisa banyak dan memiliki kepemimpinan tersendiri yang setiap wilayah tersebut harus menyetorkan sejumlah uang ke pusat. Kedua, jalur fungsional secara kelembagaan di mana memanfaatkan banyaknya mudarris untuk memerintahkan santri memilih capres dan cawapres tertentu. “Santri diperintahkan seperti itu dan mereka taat tanpa bertanya,” terang Bambang, eks mudarris Ponpes Al Zaytun lainnya.

Masih menurutnya, santri di bawah umur pun anehnya tercatat dalam daftar pemilih tetap. KPPS-nya sendiri adalah orang-orang Al Zaytun. Dan yang lebih mengherankan, santri yang sudah memberikan suara, digiring lagi untuk mencoblos ulang. Sehingga mereka rata-rata kebagian 5-10 kali pencoblosan. Akibatnya di 83 TPS suara yang didapat mencapai hampir 25 ribu suara.

Sebelumnya tersiar kabar kalau Syekh AS Panji Gumilang pada pilpres lalu hendak mencalonkan diri menjadi Presiden RI 2004. Namun kondisi di Al Zaytun tidak solid maka terjadilah deal mendukung satu paket pasangan capres dan cawapres tertentu. Menurut Bambang, dukungan yang diberikan sesungguhnya sudah tampak pada Pemilu legislatif di mana suara di Al Zaytun untuk tingkat DPRD I dan II diberikan ke Partai Golkar dan DPR-RI diberikan kepada PKPB.

“Anda selaku wartawan dalam hal ini bisa menafsirkan ke mana tujuan akhir dari hal ini. Kalau boleh saya mengatakan kasus ini sepertinya mengusung kepentingan tertentu bagi pihak yang memang berkepentingan dalam hal ini,” tambah Bambang.

Sejalan dengan hal itu, Sekjen FUUI, Hedi Muhammad menegaskan mereka yang hadir dan puluhan lainnya ditambah santri yang diperintahkan untuk mencoblos siap menjadi saksi kalau suatu saat dibutuhkan di pengadilan. Mereka hanya mau mengungkapkan kepada FUUI dan belum kepada aparat dengan alasan tampaknya pihak aparat beelum mengusut hal ini secara tuntas dan berkait dengan keamanan diri masing-masing setelah keluar dari NII KW IX.

KH Athian Ali Dai mengatakan FUUI tidak akan masuk ke tataran dunia politiknya. FUUI hanya akan mencoba membantu aparat untuk bisa mengungkap apa yang terjadi selama ini di Al Zaytun yang cukup meresahkan umat.

“Untuk permasalahan politiknya kita biarkan saja karena ada yang berwenang mengurusi hal itu. Sekali lagi saya tegaskan, dari kasus ini ada indikasi kuat soal gerakan sesat dan menyesatkan. Di sini aparat harus serius menangani kasus ini secara tuntas. Bila selama ini sulit masuk untuk membongkarnya maka adanya kasus pilpres setidaknya aparat bisa masuk melalui pintu kecil ini untuk membongkar kasus yang lebih besar karena telah banyak umat yang dirugikan,” tegasnya kepada SABILI.

Selaku Ketua FUUI, KH Athian Ali beserta jajarannya setiap saat akan selalu siap untuk membanttu aparat menangani kasus Al Zaytun ini termasuk menghadirkan saksi dan bukti otentik yang diperlukan. Semuanya dilakukan tak luput untuk menyelamatkan umat dari kesesatan dan menghindari jatuhnya korban lagi akibat dari gerakan sesat dan menyesatkan ini.

Siapapun tentu ingin masalah ini clear secepatnya. Tetapi pada kenyataannya mewujudkan hal itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Semoga aparat mampu membuka tabir ini sepenuhnya sehingga umat menjadi jelas dan tidak khawatir. Jangan sampai mentok seperti biasa!