Kamis, Desember 09, 2004

Sisi Lain Pendiri Al Zaytun

Sekalipun berbagai kalangan telah menebar informasi yang membedah sosok AS Panji Gumilang yang penuh misteri, baik dari kalangan pers atau perorangan seperti Al Chaidar [1] yang melalui tulisannya telah secara jelas mengetengahkan berbagai kesaksian dari mantan pengikut jama’ah Abu Toto, atas keterlibatan mereka dalam gerakan yang mengatas-namakan agama dan politik melalui NII KW-9, tokh, dengan entengnya AS Panji Gumilang menepis testimoni maupun paparan pihak pers tersebut, hanya dengan kata-kata: “Itu hanya menebar fitnah namanya.” [2] Atau sebagaimana jawaban Abu Toto terhadap pertanyaan Sabili: “Jawaban saya, masa’ Sabili tidak paham dengan kita. Al-Zaytun kan terbuka. Lambat atau cepat semua akan tahu, apa Al-Zaytun itu”. [3]

A. Siapa AS (Abdus Salam) Panji Gumilang alias Abu Toto?

Pada kesempatan wawancara dengan Harian Pelita saat berkunjung ke Ma’had Al-Zaytun kurang lebih satu bulan sebelum diresmikan oleh BJ Habibie (27 Agustus 1999), AS (Abdus Salam) Panji Gumilang sempat menyatakan dirinya adalah pria kelahiran Indramayu. [4] Dalam kesempatan lain, kepada sahabatnya di Rabithah Alam Islami dahulu (Ustadz Rani Yunsih) Abdus Salam Rasyidi alias Abu Toto mengaku sebagai pria kelahiran Banten. Sedangkan pada kesempatan BKSPPI mengadakan musyawarah di Ma’had Al-Zaytun tahun 1999, Kyai Khalil Ridlwan sempat menanyakan nama asli, alamat di Jakarta dan nomor HP AS Panji Gumilang, ia hanya menjawab: ”… nanti juga tahu.” Padahal Abu Toto dan Kyai Khalil Ridlwan adalah teman sekelas (satu angkatan) ketika menjadi santri di Pondok Modern Gontor, Ponorogo.

Berdasarkan pengakuan (testimoni) beberapa nama yang dicantumkan Al Chaidar dalam bukunya, yang semuanya mengaku pernah terlibat dan bersama-sama dengan Abu Toto, Abu Ma’ariq atau Toto Salam dalam gerakan NII KW-9, termasuk Al Chaidar sendiri, sebenarnya telah cukup sebagai dasar yang kuat untuk alat bukti, baik dari sisi hukum maupun sisi barang bukti dan persaksian, bahwa yang bernama AS Panji Gumilang yang kini menjadi Syaikh Ma’had Al-Zaytun dan foto close up maupun postur penuh dirinya yang terpampang di berbagai media massa, itulah Abu Toto, atau Toto Salam atau Abu Ma’ariq, Imam KW-9 yang dimaksud dalam testimoni mereka.

Demikian pula dengan Ma’had Al-Zaytun, ma’had itulah salah satu pembangunan yang dimaksudkan, selain untuk pembangunan asykariyah (ketentaraan dan persenjataan) dan lembaga formal struktural NII, dalam gerakan pengumpulan dana, melalui istilah harakat Qurban, harakat Ramadlon, Infaq, Shadaqah, Qiradl, Istighfar dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil investigasi Penulis ke Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, maupun investigasi ke kampung halaman isterinya di Menes (Pandeglang, Banten) yang telah ditinggalkan mereka sejak tahun 1994, data identitas diri AS Panji Gumilang yang sebenarnya telah diperoleh dan dapat dipastikan, tentang nama asli maupun asal-usulnya, maupun perjalanan serta kariernya.

1. Nama asli : Abdul Salam bin Rasyidi
2. Tempat/tanggal lahir : Desa Dukun, Sembung Anyar, Gresik, 27 Juli 1946.
3. Pendidikan : --SR (Sekolah Rakyat), Lulus Tahun 1958/9.
--Siswa Pondok Modern Gontor, masuk Tahun 1961.
--Mahasiswa Fak. Adab IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
4. Istri : Khotimah Binti E. Said alias Maysaroh
5. Lahir : Menes, 25 April 1944.
6. Lulus : --Tsanawiyah Mathla’ul Anwar th 1963.
--Pegawai Negeri, ditugaskan sebagai Guru di MA (Mathla’ul Anwar)
7. Anak-anak : Imam Prawoto, Wushtho, Iwan, Anis dan 2 adiknya.

Nama belakang ‘Prawoto’ dari nama Imam Prawoto diambil dari nama samaran Abdus Salam saat di-bai’at atas permintaan sendiri dan kemudian dikenal dengan panggilan Abu Toto. Imam Prawoto kini menjabat sebagai sekretaris Yayasan Pesantren Indonesia Ma’had Al-Zaytun. Sedangkan Anis bt Abdul Salam kini juga menjadi Guru di Ma’had Al Zaytun.

8. Pengalaman Organisasi dan Sepak Terjang Abu Toto

- Anggota Mathla'ul Anwar dan menjadi guru 'Aliyah sejak tahun 1969/70 di Menes. Dan anggota HMI sejak di IAIN Ciputat.
- Tahun 1971 s/d 1978 Anggota/Ketua GPI Cabang Menes, Pandeglang, Banten.
- Tahun 1978 dibai'at menjadi anggota NII KW-9 sebagai mas'ul Imarah (Pendidikan), dan berganti nama menjadi Prawoto.
- Tahun 1978 Ditahan Laksusda Bandung (8 bulan), kasus GPI (SU MPR) dan keluar pada tahun yang sama.
- Tahun 1979 meminta surat tugas dakwah sebagai muballigh Rabithah Alam Islami ke negeri Sabah Malaysia atas rekomendasi Pak Natsir Alm. Dan non aktif dari organisasi Mathla'ul Anwar.
- Tahun 1981-1987 buron dan sekaligus menjadi Da'i/Muballigh di Sabah sambil membawa lari dana (kas) NII sebesar Rp 2 miliar. Pada waktu penggerebegan di rumahnya ditemukan dokumen Marxisme cetakan Libya serta buku DaS Capital. Maka sejak saat itu oleh aparat setempat, Abdul Salam dianggap telah terlibat dalam gerakan PKI.
- Tahun 1987 kembali dari Sabah Malaysia, bergabung kembali dengan NII KW-9/LK (Lembaga Kerasulan) daerah Menes, Pandeglang (Banten), dengan nama panggilan Syamsul Alam atau Abu Toto alias Toto Salam.
- Tahun 1989, langsung di bawah struktur Haji Karim, Komandan KW-9 (dan bertugas serta bertindak sebagai kepercayaan H Karim).
- Tahun 1990, diangkat sebagai orang ke-3 struktur KW-9 membidangi urusan penggalian dana umat.
- Tahun 1993, mengangkat diri sebagai Komandan tertinggi KW-9. Nama panggilan (gelar) diganti Abu Toto atau Abu Ma'arif (Abu Ma'ariq) dan mulai membuat aturan serta paham atau ta'wil baru terhadap fiqh maupun tafsir dan syari'at melalui qoror-qoror. Pada tahun ini memberlakukan program pembuatan KTP NII yang dihargakan sebesar Rp 500 ribu untuk setiap warga, namun sampai sekarang tidak ada realisasinya sedang uang yang telah disetor tidak ada kabar beritanya.
- Tahun 1994 untuk kedua kalinya digerebeg aparat Kodim, namun Toto Abdus Salam lolos dari penangkapan, sejak saat itu rumahnya di Menes ditinggalkan sampai sekarang dalam keadaan rusak, namun tetap dijaga oleh salah seorang keponakannya.
- Tahun 1996, diangkat oleh Adah Djaelani, menggantikan posisi ke Imamahan dirinya dalam struktur NII (sekalipun Toto pada dasarnya sama sekali tidak memiliki latar belakang garis maupun latar kesejarahan pada struktur NII)
- Tahun 1997, mencanangkan pembangunan Ma'had Al-Zaytun. Dan berganti gelar (Abdus Salam) AS Panji Gumilang, nama Abu Toto dighaibkan.
- Tahun 1999, menjadi Syaikh Al Ma'had Al-Zaytun.
- Tahun 2001, menempatkan gelar Prof dan Ph.D di muka dan di belakang nama AS Panji Gumilang

Sejauh penulusuran Penulis terhadap Abu Toto Abdus Salam AS Panji Gumilang di tanah kelahirannya, Gresik, tepatnya di kelurahan Sembung Anyar, Abu Toto Abdus Salam, semenjak ia menjadi Syaikh Al-Ma'had Al-Zaytun di Haurgeulis Indramayu, masyarakat Sembung Anyar memanggilnya sebagai Syaikh. Sedang di kelurahan tersebut nama H. Imam Rasyidi, orangtua Abu Toto (sudah meninggal) sangat dikenal masyarakat secara luas hingga tukang ojek. Karena nama H. Imam Rosyidi diabadikan dalam wujud nama sebuah jalan desa yang terletak tepat membentang di depan rumah mendiang ayahnya tersebut yang biaya pembangunannya, menurut penuturan Abdul Wahib Rasyidi, adik kandung Abdus Salam, yang juga Kepala Desa Sembung Anyar tersebut, seluruhnya berasal dan Abu Toto Abdus Salam (AS) Panji Gumilang, Syaikh Al-Ma'had Al-Zaytun. Disamping itu, di desanya itu Abu Toto juga membangun tiga buah Masjid serta satu kantor Kelurahan yang dijabat adik kandungnya dan juga membangun sebuah Pondok Pesantren yang cukup besar, yang menggelar pendidikan dari TPA hingga Ma'had 'Ali (Pendidikan Tinggi).
Rumah kediaman orangtua Abu Toto Abdus Salam sendiri tampak sederhana, dan keluarganya pun cukup bersahaja. Namun yang pasti, Abdul Wahib Rasyidi adik kandung Abu Toto Abdus Salam, adalah Kepala Desa Sembung Anyar, sedangkan yang menjadi Bupati Gresik saat ini, Rabbah Mahfudhz Ma'shum, ternyata terhitung masih saudara sepupu Abu Toto.

Menurut penuturan Bapak Efendi Yusuf, yang masih terhitung kakek atau Uwak dari istri Abu Toto Abdus Salam (Khatimah alias Maysaroh nama sekarang), yang sekaligus sebagai tetangga sebelah rumah dan yang menikahkan Khatimah, cucu keponakannya itu dengan Abu Toto Abdus Salam tahun 1969. Sekitar tahun 1972 H. Abdul Karim Hasan sering berdakwah di Menes, dan Abdus Salam adalah termasuk sebagai jama'ahnya, sedang Efendy Yusuf yang terhitung uwak atau kakek isterinya sendiri saat itu menolak ketika diminta bai'at dan memperbaharui Syahadah di depan H Abdul Karim Hasan dengan meminta dalil yang bisa dipertanggungjawabkan, melalui sebuah pertanyaan: “Apakah Fathimah putri Rasulullah SAW pemah dibai'at oleh ayahnya sendiri untuk mengesahkan ke-Islamannya?”

[1] Al Chaidar tercatat pernah menjadi kader tokoh pengikut Abu Toto yang kini telah keluar dan tobat. Kemudian ia menulis kesesatan Abu Toto lewat bukunya berjudul "Sepak Terjang KW-9 Abu Toto Syaikh AS Panji Gumilang, Menyelewengkan NKA-NII Pasca SM Kartosoewirjo", Jakarta: Madani Press, 1999.
[2] Tempo, 5 Maret 2000.
[3] Sabili, 22 Maret 2000.
[4] Pelita, 27 Juli 1999.