Bagi saya masalah NII, saya kira sudah tidak lagi menjadi bahan pembicaraan. Karena sekalipun dulu memang kita pernah satu, namun masing-masing orang kan punya pikiran dan cara sendiri-sendiri, jadi untuk menyatukan dalam satu musyawarah pada saat ini, itu sungguh persoalan yang memang berat. Soal perpecahan itu kan semacam sunatillah, seperti yang terjadi di zaman nabi Musa, nabi Isa, nabi Muhammad, waktu zamannya Abu Bakar, jadi kondisi yang terjadi sekarang ini saya tenang-tenang saja.
Tentang permasalahan infaq di Al-Zaytun kalau menurut saya, itu kan masalah insider, artinya orang dalam yang dipungut infaq. Soal pungutan-pungutan yang katanya terjadi menurut bukunya Chaidar, maupun persoalan Chaidar dengan Abu Toto saya tidak tahu-menahu soal itu, saya tidak mengerti. Saya hanya mendengar Chaidar dulu itu asalnya dari KW IX lalu keluar, masalahnya saya tidak tahu, kalau dikatakan ada korban yang jumlahnya sampai ribuan seperti itu saya tidak tahu itu. Bagi saya masalah NII sudah tidak menjadi bahan pembicaraanlah, dan sekarang ini mah masalah pendidikan saja itu yang sekarang dipentingkan gitu, sebab dari dulu kalau menurut analisa saya, perjuangan kita yang begini ini memang karena kurang keilmuan termasuk orang yang memegang peran. Sekarang ada teman yang benar-benar di situ perjuangannya masalah pendidikan dan pembinaan maka saya sangat setuju sekali. Walaupun ini mungkin makan waktu panjang, memang keadaan umat Islam masih begini sih.
Tentang yang diberitakan Tabloid ADIL, saya mah prihatin gitu, yang jelas itu menguntungkan Yahudi dan Nashrani, kalau saya bereaksi tidak mungkin itu diterima percuma saja, jadi kita mengadu kepada Allah saja.Tentang kiprah Abu Toto di masa lalu saya juga kurang tahu, saya ndak ikut-ikutan saat itu, kalaupun ada ADIL memberitakan soal itu tidak pernah mah saya minta klarifikasi ke sana. Pendeknya sekarang ini orang-orang berhenti saja menghujat, itu sudah sangat luar biasa, hadapkanlah hujatan itu ke Gus Dur saja. Dan menurut analisa saya para penghujat Al-Zaytun ini pasti orang yang di belakangnya yang kalau ditelusuri terus ujung-ujungnya pasti Yahudi dan Nashrani. Yang kedua menurut saya kita punya sikap diam sajalah. Kalau tentang Syaikh Ma'had dalam menghadapi mereka yang menghujat ini setahu saya dia tidak pernah membenci kepada yang menghujat itu, tidak pernah benci. Adapun orang-orang yang mendaftar ke Al-Zaytun sekarang ini malah sudah 3.000, murid-muridnya juga tidak berkurang.
Saya sendiri sekarang sudah tidak sering ke Al-Zaytun walaupun di sana biasalah dijamu segala macam, tapi pak Adah yang sering ke sana dan yang lainnya pun ada juga itu. Soal pak Adah yang santer diisukan menerima jatah minyak dari militer, memang dulu itu saya tahu pak Adah pernah menerima jatah minyak dan oli dari RPKAD (KOPASSUS sekarang, pen), karena setiap pasukan itu kan memiliki jatah dari Pertamina, nah oleh RPKAD jatah tersebut diberikan ke pak Adah. Itu mah lewat perjuangan. Saya sendiri dengan pak Adah memang pernah dipanggil oleh Ibrahim Aji mendapat surat supaya dibantu oleh Pertamina lalu masuk ke Pertamina pusat jawabannya kurang memuaskan, malah kalau saya sendiri sampai ke WAPERDAM sampai ketemu Khaerus Shaleh, ya Alhamdulillah berhasil. Kalau dengan Ali Murtopo setiap kita ketemu sih cuma ngancam saja kerjanya.
Tentang Abu Toto yang bisa selamat dari penangkapan sejak tahun 1981 sampai bisa ke Sabah dan lain sebagainya, itu semata-mata karena kelihaian dia, sampai-sampai bisa dapat surat rekomendasi dari pak Natsir jadi Da'i DDI (Dewan Dakwah Indonesia, maksudnya, pen. padahal yang sebenarnya adalah sebagai Da'i Rabithah Alam Islami) sehingga akhirnya yang penting selamat kan? Tentang Abu Toto yang saya tahu, wahh pokoknya dia itu luar biasa sekali pemikirannya, betul-betul intelektual. Jadi dengan dasar kondisi umat yang awam sekali, bodoh mesti ini harus dibuatkan pendidikan dan pengajaran yang programnya hebat gitu, ingin mencetak anak-anak yang pinter gitu.
Tentang dana awal Al-Zaytun dari mana asalnya, yang saya tahu mereka para pemberi itu mengamanatkan agarjangan sampai ada yang tahu, itu merupakan cara shidqah yang paling baik. Kalau katanya dana awal itu asalnya dan para korban ketika di KW-9 oleh Abu Toto, lantas mereka menuntut, ya itu terserahlah. Sedunia menjadi musuh tak masalah. Mereka yakin ini program Allah, jadi Allah pasti melindungi. Orang atau kita menuduh Abu Toto mengeksploitasi, tapi buktinya belum tentu begitu itu. Mungkin jalan yang ditempuh mereka jalan yang benar dalam mengumpulkan dana. Mestinya mereka itu ikhias saja, jangan terlalu jauh bertanya. Alhamdulillah saja ada seorang pemuda yang bisa membangun pendidikan yang luar biasa, yang lain kan tidak becus. Mestinya reaksi ini harusnya yang positif, adapun umpamanya biasalah begitu, maka itu terserah dia. Tapi saya yakin dia tidak salah, saya tahu dia itu kan ngerti hukum, ajaran Islam. Coba kalau dia bicara ini dan si anu, anu, itu kan berarti memberi bahan kepada orang yang anti dan sedang kuasa untuk menghantam kita dan untuk menangkap kita lagi. Maka permintaan saya ini waduhhh percayalah begitu, lalu yang positif reaksi kita begitu.
Tentang persoalan infaq yang dipaksa tapi harus ikhlas, memang di lingkungan kita dulu ada semboyan Pak Karto sendiri yang mengatakan bawalah umat Islam kepada mardlotillah kalau perlu dengan paksa, dalilnya "khudz bi amwalikum" (maksudnya khudz min amwalikum, pen.) itu kan semacam perintah, tapi saya kira di lingkungan mereka untuk orang luar memang seperti paksaan. Dulu, memang pembinaannya sangat luar biasa jadi orang memberikannya ikhlas gitu. Kalau seperti saya misalnya punya harta benda atau uang yang sudah diberikan di sana (Al-Zaytun) dan ahh. ..ini kan demi kebaikan Islam maka untuk kesucian hati kita lebih baik diikhlaskan saja, tokh buktinya ada. Itu sifat seorang Muslim yang ikhlas dari pada nanti tidak mashlahat dunia akhirat gitu. Jadi ikhlaskan saja. Percayalah bahwa itu digunakan untuk kemashlahatan umat. Ya itulah saya kira sikap yang paling baik dari pada jadi omongan terus kan itu dalam Qur'an juga dianggap sebagai hal tidak baik dan nanti malah tidak dapat kemashlahatan dunia akhirat.
Jadi kalau bagi saya masalah kasus-kasus ini (terjadinya pemaksaan infaq, tentang dana tabungan dan qiradl maupun yang lain) kita bicara ekses ya, semua orang juga ada ekses malah ada yang beisifat pribadi. Seperti orang yang shalat saja, bagi yang nggak bener shalatnya pasti ada ekses. Saya kira sampai sekarang ini belum ada satu kelompok Islam yang bisa menjalankan Islam tanpa ekses. Makanya saya sering membaca seperti yang dikeluhkan nabi Yunus gitu, nabi Yunus kan selalu membaca "La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzh dzhalimin" Itu seorang Yunus itu, seorang nabi itu, La ilaha ilia anta, illa anta di situ kan terkandung arti aqidah rububiyah, aqidah mulkiyah dan aqidah uluhiyah, jadi ia sebagai nabi sudah yakin tidak bisa melaksanakan, makanya ke sananya minta ampun kan, itu Yunus. Jadi lebih baiknya kita selalu merasa terus berdosalah, sedikit-sedikit begitu akan ada kebaikan misalnya kita menaruh uang di Al-Zaytun lebih baik itu diikhlaskan barangkali itu akan menambah tabungan kita di akhirat. Memang Pak Karto pernah semboyan bawalah umat ini kepada mardlotillah kalau perlu dengan paksa, tapi saya kira masalah untuk insider atau orang dalam tidak ada yang pernah merasa dipaksa gitu, dan memang disamping mereka memungut, itu lebih dahulu pembinaan supaya sadar dan ikhlas bahwa jama' ah memerlukan beaya. Yang terbaik menurut saya sekarang ini masalah ilmu, itu yang terbaik menurut saya saat ini.
Kalau dengan terlibatnya orang-orang Orde Baru sekarang ini di sana pada hakekatnya itu kan sudah kehendak Allah itu, yakin itu kehendak Allah, itu sunnatillah dulu juga nabi Muhammad tambah kuat setelah masuknya orang musyrik, makanya saya mah berpikir positif saja. Bila pada saat itu Harmoko hatinya tidak begitu misalnya saja, itu mah urusan Allah. Kalau Abu Toto tidak mau melibatkan orang-orang macam Chaidar maupun yang lain, itu karena Chaidar masih terus menghujat, coba kalau mereka berhenti menghujat pasti lain sikap Abu Toto, dan mungkin mereka juga punya pertimbangan lain, mungkin masih menganggap lebih banyak madlaratnya dari pada manfaatnya, sambil melihat sikap Chaidar sendiri rupanya. Tapi yakinilah Abu Toto tidak benci dengan Chaidar, saya sudah tanya langsung itu dia tidak benci. Jadi kalau sewaktu-waktu dalam situasi tertentu mereka datang lalu ishlah sendiri gitu, artinya kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah pasti diterima itu.
Tentang sehubungan dengan akan diterbitkannya buku oleh Umar Abduh yang katanya apa gitu, ahh... kalau nantang mah nggak, biarkan saja bagaimana nanti saja gitu, yang penting kita mendo'a lalu melaksanakan program dan kerja keras. Kalau soal ditutup seperti katanya MUI Umar Shihab, ahh entah itu urusan nanti itu, tutupnya saja belum tentu, tapi kalau para penghujat itu mau tabayyun ke sana maka akan memperoleh pandangan lain. Andaikata Syaikh belum mau menerima dan menanggapi ya harus bersabar sampai dia percaya sama kita yang mau tabayyun, disamping syaratnya tabayyun juga harus ikhlas. Kalau saya mah pernah menasehati dia harus ada peningkatan security itu, sebab di luar masih ada terus yang menghujat, kalau memang dia itu hujatannya benar-benar dzhahir batin, bisa-bisa kan meningkatkan caranya kepada mereka, artinya bisa saja mereka mau membunuh. Ini kita kan mujahid, sehingga kewaspadaan harus maksimal, malah saya pernah seperti itu, sedangkan di sana kan keadaannya terbuka, kalau ada yang mau membinasakan Toto gampang saja kan, yang seperti itu sering mah enggak tapi harus hati-hati. Jadi yang perlu saya tegaskan lagi masalah persoalan yang katanya banyak korban yang sampai merugi akibat program infaq di masa KW-9 saya tidak tahu, karena saya sama sekali tidak ikut di dalamnya, yang saya tahu ada bukti uang banyak di Bank dan bisa membangun, itu realita. Kemudian programnya pun sangat baik, mana ada tamat SMU sudah bisa hafal Al-Qur'an 30 juz, sekarang ini sudah ada yang mampu hafal 13 juz, padahal belum sampai Aliyah, dia bisa hafal bolak-balik, itu saya saksikan sendiri di sana mereka memang punya ingatan yang bagus gitu, saya tanya langsung mereka itu. Lalu guru-gurunya juga sama, apa itu bukan keterangan yang baik. Tuduhan ADIL itu memang luar biasa, yang saya tahu anak-anak itu bila jam 12 sebelum ke masjid mereka langsung wudlu di kelas dan tidak ada yang pulang ke asrama lebih dahulu.
Dan mengenai diri saya secara formal saya tidak ada kaitan dengan mereka, karena saya dan pak Adah memang sebagai Dewan Imamah NII waktu tahun 1979 tapi sekarang sudah non-aktif, lalu kata pak Adah kita ini sudah tidak steril sedangkan gerakan harus terus maju, ya sudah kalau begitu kita serahkan kepada generasi baru yang memang kelihatannya lebih punya kemampuan yang lebih hebat dari pada kita. Kita merasakan, yang kedua memang kelemahan, coba pak Adah sendiri bilang, kita sejak 1962 kita dakwah hasilnya malah pecah-pecah, itu menunjukkan kita tidak mampu, kan? Jadi perjuangan harus ada regenerasi. Lalu sekarang robah strateginya dari strategi revolusi kepada strategi seperti semboyan yang ada di Zaytun yaitu "Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi dan Budaya Perdamaian" robah yang seperti itu bisa saja.
Seperti peristiwa kita di Gunung Cupu. Maaf, ceritanya begini, saat kita di Gunung Cupu itu dunia sudah tahu kalau kita mau menegakkan syari'at Islam dengan dasar kita mengambil kekuasaan, itu latar belakang sampai kita di Gunung Cupu. Waktu itu kita satu resimen, 4.000 juga tidak ada setelah Siliwangi ke sana, coba yang memerangi sekeliling entah puluhan ribu tentara KNIL Belanda belum lagi tentara KL - tentara kerajaan yang bertugas di sana masuk di sini dan katanya mereka memandang ini biang keladi yang akan mendirikan Negara Islam yang sangat dimusuhi oleh Amerika atau AS. Jadi kalau sedang kecil makanya harus segera ditumpas habis. Waktu itu kita hanya mampu bertahan sekitar 4 bulan ada perintah harus bisa keluar sebisa-bisa, kalau kalian mati semua siapa nanti yang akan melanjutkan perjuangan ini, jadi akhirnya bagi tugas saja. Akhirnya ada yang ke Tasik Selatan ada yang Tasik Barat ada yang ke Ciamis, itu banyak anak yang tidak tahu jalan, itu tidak sadar di jalan tapi tahu-tahu sudah di tempat yang dituju saja, itu kan pertolongan Allah? Jadi yang tidak mati di situ akhirnya selamat dan bisa meneruskan perjuangan. Padahal berpuluh ribu tentara Belanda mengepung, karena yang sedikit ini mestinya harus hancur total, karena takut ke depannya nanti berbahaya. Nah sekarang terus ini, apalagi kalau tahu Zaytun itu ke sana larinya, otomatis itu mah, bisa.
[16] Berdasarkan wawancara antara Penulis dengan Pak Ules Suja'i di kediaman beliau.