Laporan : Heru Margianto
Sekitar 24 ribu massa yang diboyong bus TNI untuk mencoblos di Pesantren Al Zaitun, Indramayu adalah warga NII (Negara Islam Indonesia). Mereka sengaja diperintahkan oleh pimpinan NII Panji Gumilang untuk melaksanakan pemilu di pesantren itu. Instruksinya adalah mencoblos Wiranto.
Demikian diungkapkan peneliti Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam Sukanto kepada wartawan di kantor LPPI, Jakarta, Kamis (8/7). Sukanto sendiri adalah mantan camat NII.
Sekeluarnya dirinya dari organisasi bawah tanah yang kontroversial itu, Sukanto aktif melakukakan penelitian intensif tentang organisasi sempalan Kartosuwiryo itu. Menurut Sukanto, NII berpusat di pesantren Al Zaitun.
"Mereka yang memilih untuk tidak ikut nyoblos di Zaitun, malam tanggal 5 (Juli) berkumpul di sini. Mereka yang keluar dari NII memang biasa mengadu ke sini," kata dia.
Sukanto juga memperoleh informasi banyak dari rekan-rekannya yang masih berada di NII. Dikatakan Sukanto, mereka yang diangkut ke Al Zaitun adalah aparat teritorial NII mulai dari kepala desa, bupati, dan gubernur dari seluruh Jakarta dan Jawa Barat.
Masih menurut Sukanto, NII memang terpusat di Jakarta dan Jawa Barat. Warga NII di Jakarta diperkirakan ada 120 ribu orang. Mereka adalah kelompok tertutup dan bergerak di bawah tanah.
Dijelaskan juga, pemakaian mobil Mabes TNI tidak ada hubungannya dengan TNI. "Bus itu cuma disewa saja. Saya yakin TNI tidak tahu siapa mereka," katanya.
Kemudian, tentang instruksi mencoblos Wiranto, Sukanto mengatakan Panji Gumilang memang dekat dengan Wiranto dan Tutut. Pada Pemilu legislatif 5 April, seluruh warga NII diperintahkan untuk mencoblos Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). "Apakah ada deal antara Panji Gumilang dan Wiranti, saya tidak tahu," demikian Sukanto.
Senin (5/7), menurut catatan yang dikumpulkan KCM dari berbagai sumber, ada mobilisasi massa ke Al Zaitun. Mereka diangkut oleh 519 bus. Dari jumlah itu, 150 bus di antaranya adalah kategori bus besar.
Massa yang datang ke tempat itu memang diinstruksikan untuk mencoblos di Al Zaitun. Anehnya, jika dibandingkan dengan Pemilu Legislatif 5 April lalu, jumlah pemilih waktu itu cuma 11 ribu. Jadi, dengan Pilpres 5 Juli, ada selisih 13 ribu pemilih. (Prim)