Senin, Januari 10, 2005

Berita Mengenai Al-Zaytun

Dalam dunia pendidikan adanya permasalahan yang timbul antara guru dan murid atau wali murid adalah hal wajar. Seorang murid karena tak tahan atau bandel dan memutuskan keluar dari sekolah adalah hal wajar. Pun demikian halnya dengan santri yang memutuskan keluar dari Pesantren tempat dia mondok juga hal wajar. Yang menjadi tak wajar kalau kemudian hal yang wajar tersebut dipermasalahkan atau bahkan ditulis dan diterbitkan menjadi sebuah buku yang diklaim sebagai data akurat hasil investigasi dan penelitian. Kenapa LPPI tak mendata saja semua murid yang keluar atau
dikeluarkan dari sekolah atau santri yang keluar atau dikeluarkan dari pesantren. Inilah yang sebenarnya menjadi titik tolak ketidak wajaran ini. Kalau hanya menulis pengaduan sekira 20 orang wali santri sahaja dari sekira 5300 wali santri yang ada
adalah suatu hal yang wajar. Karena dari sebuah komunitas yang besar hal ini tak bisa dinafikkan begitu sahaja. Hanya sekira 20 rang sahaja (dibawah 1%) sudah teriak-teriak seolah-olah sudah terjadi bencana dan masalah besar pendidikan. Tak cukup sampai disini, dengan menghasut wali santri ataupun calon wali santri yang akan mendaftarkan juga ditempuh oleh LPPI ini. Namun sekali lagi langkah ini tak cukup
berarti banyak, hal ini dibuktikan dengan membludaknya pendaftar pada penerimaan santri Baru bulan Juni lalu.

Dan alhamdulillah wali santri cukup cerdas dalam mensikapi hal ini, sebagaimana ditunjukkan oleh Ketua Ikatan Wali Santri dari NTB yaitu Bapak Bintoro yang banyak menerima pengaduan dari wali santri yang ada di wilayahnya mengenai pertanyaan-pertanyaan seputar buku Al-Chaidar mahupun LPPI. Dan rupa-rupanya Pak Bintoro cukup tanggap dalam hal ini, dan saat berkesempatan silah langsung dengan Syaikh AS. Panji Gumilang, Pak Bintoro menanyakan langsung kepada Syaikh, “Syaikh,
saya ada mendengar pengaduan dari wali santri lain yang telah membaca buku Al-Chaidar dan LPPI bahwa Syaikh ini adalah pengikut Kartosuwiryo, apakah memang benar demikian ?”
Dan dijawab oleh Syaikh, “Menurut Pak Bintoro sendiri bagaimana ?”
“Ya tidak ada salahnya pengikut Kartosuwiryo untuk punya pesantren”, Pak Bintoro menimpali jawaban Syaikh.
“Ya tak ada salahnya anak seorang PKI sekalipun untuk jadi santri atau Kyai dan punya pesantren, yang percaya (buku tersebut) silakan, yang tidak percaya ya silakan”, Jawab Syaikh dengan diplomatis.
Sikap lainnya misalnya juga ditunjukkan oleh wali santri asal NTB juga yang kebetulan anggota Brimob Polda NTB dengan menempelkan beberapa bagian majalah Al-Zaytun dan berita-berita mengenai Al-Zaytun dari koran seperti dari Adil dsb. di papan pengumumnan masjid Polda NTB, dan mempersilakan masyarakat untuk memberikan penilaian. Ya dan saya rasa memang demikian adanya dan seharusnya, kita persilakan masyarakat untuk memberikan penilaian. Karena masyarakat bisa merupakan hakim dan juri yang adil, asal tidak diprovokasi.