Jumat, Januari 07, 2005

Darul Islam dan Al-Zaytun

Ass.

Beberapa tahun terakhir ini ramai diberitakan mengenai gerakan yang mengatasnamakan NII. Lebih ramai lagi setelah era reformasi membuka lebar2 pintu kebebasan pers, dimana di saat itulah apa2 yang dulunya tabu menjadi hal biasa. Gerakan NII pun tak mau ketinggalan untuk turut serta membuka diri. Sebut saja Al-Chaidar dengan beberapa buku karangannya turut meramaikan era keterbukaan NII. Dalam bukunya Al-Chaidar menyebut adanya kelompok atau faksi2 dalam NII. Yang paling menghebohkan dan sering meramaikan media massa nasional akhir2 ini adalah faksi Abu Toto dan Ma'had Al-zaytun-nya. Al-Chaidar tak lupa juga turut menyebarkan faham NII-nya melalui buku2 yang dikarangnya dan agar lebih intens menerbitkan majalah "Darul Islam". Ma'had Al-Zaytun pun juga tidak ketinggalan bahkan lebih dahulu menerbitkan majalah bulanan Al-Zaytun. Kalau boleh saya perbandingkan antara keduanya terdapat ciri2 sebagai berikut:

Majalah Darul Islam

Majalah yang dikomandani oleh Al-Chaidar ini banyak menyuarakan ide2 NII dengan banyak memuat pokok2 pikiran hosc, imam smk, PSII, dsb. Juga lebih banyak muatan mengenang romantisme masa lalu semasa perjuangan gerilya melawan pemerintah RI. Tapi yang tak boleh terlewatkan pada setiap edisinya oleh Al-Chaidar adalah selalu dan selalu memuat berita2 mengenai Syaikh AS. Panji Gumilang dengan Ma'had Al-Zaytun-nya. Tentu saja pemberitaan dari sisi Al-Chaidar yang tentu saja serba negatif. Ini bisa dimaklumi, mengingat Al-Chaidar sendiri adalah mantan pengikut Syaikh AS. Panji Gumilang. Kalau orang yang kurang mengerti mengenai NII maka akan simpati berat kepada Al-Chaidar, akan tetapi bila paham benar dari a s/d z mengenai NII, maka hanya bisa mengelus dada mengenai tulisan Al-Chaidar ini. Bagaimana tidak mengelus dada, dengan entengnya menulis hal2 negatif yang kecil sekali prosentasenya dan menutup rapat2 beberapa fakta2 besar yang mempengaruhi kesuksesan Syaikh AS. Panji Gumilang dalam memimpin jamaahnya.

Juga di edisi mutakhir memuat sorotan LPPI terhadap kegiatan Harakah Ramadhan (zakat fitrah) yang dinilainya menyimpang (menurut LPPI) karena menurutnya telah merebut hak dari fakir dan miskin. Juga mengatakan tak ada fakir dan miskin yang bisa sekolah gratis di Ma'had Al-Zaytun, dsb. (Bagi yang paham masalah Ma'had Al-Zaytun akan tertawa terbahak2 mengenai hal ini). Sekarang taruh saja benar menyimpang, apakah LPPI dengan penerapan zakat fitrah yang benar sudah benar menerapkannya untuk ummat ini ?

Bukankah di seluruh RI ini banyak prof, dr. Kyai, dan haji banyak ahli hukum Islam Fiqh), juga bukankah LPPI gudangnya ahli Islam dan pekerjaan memang meneliti Islam, apakah yang sudah diperbuatnya untuk ummat ini ? kenapakah masih saja banyak orang miskin ? bahkan bertambah banyak ? kenapakah ? kenapa tidak urus saja diri sendiri ? kenapa harus hasad dan dengki terhadap orang lain ? kurang kerjaan kah ? atau memang ada pesan sponsor ?

Namun demikian khusus utk edisi mutakhir majalah ini saya ucapkan salut kepada Al-Chaidar, karena utk pertama kalinya mengambil nara sumber dari pihak Syaikh AS. Panji Gumilang yg dalam hal ini diwakili oleh Bp. Ules Suja'i selaku penasehat Syaikh AS.Panji Gumilang. Sekali lagi upaya ini mudah2an terus berlanjut dg silah Al-Chaidar langsung ke Ma'had Al-Zaytun dan bila perlu wawancara langsung dg Syaikh AS. Panji Gumilang, sehingga kesalahpahaman selama ini bisa jadi jelas. Sebagaimana pesan Bp. Ules di majalah tsb., "Janganlah terus2an menyerang Syaikh AS. Panji Gumilang dan Ma'had Al-Zaytun-nya, walaupun diserang bagaimanapun juga Syaikh AS. Panji Gumilang dan Ma'had Al-Zaytun tak akan pernah balik menyerang. Dan bagaimanapun juga Syaikh AS. Panji Gumilang adalah saudara kita juga. Al-Chaidar, Abu Tahmid, Syaikh AS. Panji Gumilang adalah semuanya musuh RI, jadi kenapa harus saling menyerang ?. Di bagian lain Pak Ules juga mengatakan bahwa silakan masing2 faksi mengklaim dan merasa diri paling benar dan faksi lain salah atau sesat, tapi fakta2 membuktikan kelak semua faksi2 NII akan bergabung dan mengikuti Syaikh AS. Panji Gumilang, karena masa depan NII ada pada Syaikh AS. Panji Gumilang, karena itu sudah merupakan seleksi alam dan sunnatullah. Dan kelak para anggota yg dulu keluar (desersi/kaslan) dari jamaahnya Syaikh AS. Panji Gumilang akan berhadapan dg mahkamah NII nanti.

Di bagian akhir Pak Ules juga mengucapkan terima kasih kepada Al-Chaidar yg telah banyak menulis buku2 mengenai NII yg dapat menyegarkan ingatannya kembali saat jaman perang gerilya dulu.

Majalah Al-Zaytun.

Sejak edisi terakhir (Edisi-13) tulisan untuk kalangan sendiri dihilangkan, karena majalah Al-Zaytun telah memperoleh ISSN sehingga dapat lebih go public sejajar dg majalah Tempo, Gatra, Forum, dsb. Isinya tentu saja adalah berupa berita perkembangan dan kegiatan rutin di Ma'had Al-Zaytun. Juga tak lupa tulisan2 mengenai opini2 public terhadap masalah aktual dewasa ini.

Pokok2 pikiran Syaikh AS. Panji Gumilang untuk kemajuan dan pengembangan Ma'had Al-Zaytun ke depan juga selalu menghiasi halaman utama majalah ini.

Di halaman akhir biasanya berisi tentang komentar tamu2 yang telah berkunjung ke Ma'had Al-Zaytun, baik masyarakat umum, anggota majelis taklim, pejabat dan mantan pejabat. Ma'had Al-Zaytun dalam hal ini selalu menerima baik setiap tamu yang berkunjung. Terhadap tamu mantan pejabat Orba yang hari ini menjadi sasaran bulan2an masyarakat dan pers juga diterima dengan baik. Mengenai hal ini Syaikh AS. Panji Gumilang berpesan, "Pahamilah indonesia dari a s/d z, bila kalian ingin maju, buatlah yang baru dan jangan ungkit2 yang lama. Orla dulu tak pernah mengungkit2 Kolonial Belanda dan Jepang, juga Orba tak pernah menyalahkan Orla, maka tuga skita untuk membuat yang baru, karena walaupun bagaimana kita semua adalah bagian dari masa lalu, kita ambil hikmah dan pelajaran yang baik2 saja dan kita tinggalkan yang tidak baik.
Di majalah ini juga tanpa hujatan atau menyalahkan pihak lain, yang ada berusaha mengedepankan ide2 pembaruan demi kemajuan dan kejayaan ummat ini.

Kesimpulan.

Dari kedua paparan tersebut kiranya dapat dinilai mana sebenarnya yang haq dan mana bathil. Sebagaimana pesan Syaikh AS. Panji Gumilang, silakan LPPI memberbanyak buku itu sebanyak2nya kita akan sama2 melihat penilaian masyarakat mengenai kedua2nya.

Mengenai hal ini, saya teringat Film "Ben-Hur" dimana seorang Gubernur Romawi di Israel yang baru diangkat (Messala) mendapat laporan dari bawahannya bahwa sudah putus asa dalam mengatasi agama baru (Nasrani) yang dibawa oleh Jesus. Karena semua cara sudah dilakukannya, mulai intimidasi, teror, dsb. Tapi tak berhasil meredam berkembangnya agama baru tsb. Dijawab dengan enteng oleh Messala, bahwa untuk memerangi agama (pemikiran) baru harus dilawan dengan pemikiran yang lain .......... Nah dari sini saya ingin menghimbau kepada Sdr. Al-Chaidar, juga sdr2 yang ada di LPPI, janganlah hanya selalu menghujat atau menjelek2kan Ma'had Al-Zaytun saja ...... karena sebagai kelompok intelektual hendaknya buat pemikiran baru untuk memerangi ide2 mengenai NII dan Ma'had Al-Zaytun, jadi masyarakat bisa menilai lebih fair ............ bagaimana LPPI, Bp. Al-Chaidar ........?




PP Al Zaytun.