Senin, Januari 10, 2005

NII AL Zaytun- Gerakan Negara Islam Indonesia

Pengalaman pribadi penulis menghadapi gerakan kelompok orang yang berusaha ingin
mendirikan Negara Islam Indonesia (yang sudah sangat terkenal dengan NII ini
karena sering ada kasus kekerasan sehinggga sering dimuat oleh koran-koran dan
majalah di Indonesia) sejak dua puluh delapan (28) tahun yang lalu karena
penulis sering diajak berbai'at kepada imam (presiden) mereka.

Gerakan ini sangat mengharapkan penulis masuk memperkuat kelompok mereka.
Kelompok Negara Islam Indonesia ini pada saat itu sudah mempunyai imam
(presiden) serta susunan kabinet (para Menterinya). Ada Menteri Hankamnya,
Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri dan Menteri Agamanya dll-nya. Tetapi
yang paling penulis kenal adalah Menteri Luar Negeri dan Menteri Agamanya karena
berasal dari Indonesia Timur (satu dari Ambon, satu dari P. Sumbawa).

Dengan Imam (Presiden) NII juga penulis kenal baik melalui Menteri Agama dan
Menteri Luar Negerinya ini, walaupun nama jelasnya tidak penulis tahu persis
karena Imam (presiden ini) selalu berganti-ganti nama dengan alasan keamanan
yaitu takut ditangkap oleh aparat keamanan Pemerintah RI.

Presiden NII ini sering bertukar pikiran serta berdiskusi dengan penulis
terutama mengenai hijrah, posisi kota Makkah dan Madinah, yaitu di Makkah untuk
Indonesia, mana kota Madinahnya serta kemana kita harus hijrah untuk
menyelamatkan aqiedah dari rongrongan kafir Indonesia.

Di bulan Februari tahun 1973 yang lalu di Markas NII, terjadi perdebatan antara
penulis dengan sang imam, perdebatan yang cukup serius mengenai tiga masalah di
atas . Karena alasan sang imam itu penulis patahkan semuanya yaitu mengenai
masalah Makkah, Madinah serta hijrah, juga tentang visi mereka, yang menyebabkan
sang presiden sangat marah kepada penulis. Sampai-sampai penulis sudah
diputuskan halal darahnya (boleh dibunuh) oleh sang presiden yang menyebabkan
penulis ingin tahu lebih jauh jaringan NII ini: apa sesungguhnya kegiatan mereka
serta --kalau ada-- siapa yang bergerak di belakang mereka.

Akhirnya penulis menyuruh masuk seorang pemuda dengan berpura-pura setia kepada
imam (presiden) dan karena badan pemuda tersebut kekar sehingga dijadikan ajudan
pribadinya sang presiden. Kami sudah perintahkan kepada pemuda ini bahwa apa
saja yang dilakukan sang presiden harap segera beri tahu kepada kami.

Suatu hari, sungguh sangat mengagetkan setelah mendapat laporan dari pengawalnya
tersebut, bahwa sang imam (presiden) NII, setiap habis buang air kecil (kencing)
tidak berbasuh (cebok), seperti orang kafir saja. Kami agak ragu dengan laporan
ajudannya ini, kok aneh, imam (presiden) NII sehabis buang air kecil (kencing)
tidak berbasuh (cebok)?

Seperti yang penulis utarakan di atas bahwa penulis kenal betul dengan Menteri
Agamanya ini dan sudah sering penulis jelaskan bahwa gerakan NII ini tidak
benar, tetapi dia tidak percaya pada penulis dan sangat percaya pada gerakan
NII.

Akhirnya pada suatu hari sang Menteri Agamanya ini bertemu dengan penulis dan
berkata: "Pak Amin saya sudah berhenti --atas permintaan sendiri-- sebagai
Menteri Agama NII."

Dengan penuh keheranan penulis bertanya, "Mengapa…, kan selama ini anda sangat
yakin dengan perjuangan NII ini untuk mendirikan Negara Islam Indonesia?"

Dia menjawab lagi, "Saya sudah kapok."

"Mengapa anda kapok, apakah pernah ditangkap oleh KODIM atau Polisi?"

Dia jawab: "Tidak."

"Jadi mengapa kapok?"

Dia menjawab: "Rupanya Imam (presiden) NII yang kita agung-agungkan selama ini
kalau dia buang air kecil (kencing) tidak berbasuh (cebok) dan ketika kencing
pun sambil berdiri lagi. Masa Imam NII tidak cebok!"

Gerakan NII ini sudah sering dimuat oleh koran serta majalah tentang berbagai
kasus mereka seperti mereka tertangkap oleh pihak keamanan Indonesia dan mereka
ada yang diadili serta dihukum penjara.

Tetapi sekedar sebuah catatan bahwa Menteri Luar Negeri NII ini sekitar tahun
1975-an pernah ke Timur Tengah yaitu mengunjungi Kuwait dan LIBIA. Sewaktu
bertemu dengan menteri wakaf Kuwait Dr. Ali Muthawa (saat itu) Menteri Luar
Negeri NII tidak bisa berbahasa Arab dan juga tidak lancar berbahasa Inggris.

Karena tidak lancar berbahasa Arab itu akhirnya dipanggilkan ketua Ikatan
Pelajar Indonesia di Kuwait waktu itu (yang kebetulan teman dekat penulis yaitu
sdr. Abdur Rahim Haris yang pernah menjadi sekertarisnya (Allahu yarham) Dr. M.
Natsir, Ketua Dewan Dakwah setelah dia tamat dari Kuwait.

Dalam data-data yang Menteri Luar Negeri NII ini bawa (data lengkap mulai dari
imam atau Presidennya, Para Menteri anggota kabinetnya, begitu juga jumlah
tentara dan serta persenjataannya). Dalam data-data NII yang diterjemahkan oleh
teman saya tersebut dikatakan, bahwa NII yang dimaksud adalah NEGARA ISLAM
SOSIALIS INDONESIA. Sedangkan yang pernah penulis tahu tidak pemah didapatkan
kata "sosialis" itu selama ini. Yang ada NII saja.

Setelah Menteri wakaf Kuwait mengetahui Negara Islam Sosialis Indonesia
tersebut, langsung beliau bilang: "Negara Islam, Negara Islam saja, Negara
Sosialis, Negara Sosialis saja. Tidak ada Negara Islam Sosialis."

Akhirnya proposal yang dia ajukan itu ditolak mentah-mentah. Sesudah itu MENLU
ini berangkat ke LIBIA dan menurut teman saya ini di LIBIA ia mendapat uang.
Dari LIBIA Menlu NII ini ke Belanda, yang menyebabkan teman saya ini curiga pada
gerakan NII ini.

Oleh M. Amin Djamaluddin
Ketua LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)
Masjid Al Ihsan lantai 3
Proyek Pasar Rumput
Jl. Sultan Agung, Manggarai, Jakarta Selatan 12970
Tel. (62-21) 828 1606
Tel. Rumah: (62-21) 315 4139
HP: 0812 932 0225

--