Rabu, September 26, 2007

tipuan gaya abu toto




Pertumbuhan kesadaran akan ke-Islaman sejak tahun 1990 khususnya di Indonesia memang menunjukan peningkatan yang cukup besar.

Namun sayang hal ini banya tidak ditunjang oleh kajian-kajian keilmuan yang memadai sehingga banyak yang semangat 45, namun sempit wawasan dan pola pikir.

Kebanyakan tumbuh menjadi semacam "Pejuang Baru" dari hasil pengajian-pengajian ala kadarnya yang diberikan oleh mentor-mentor yang belum tentu memadai keilmuannya.

Ciri-ciri dari para "Pejuang Baru" ini biasanya Rigid, dan sangat senang dengan klaim-klaim kebenaran kelompoknya, seakan akan bila kelompoknya tidak No. 1 maka tidak hebat dan tidak layak berjuang didalamnya, para pemula senang sekali dengan "Iklan Kecap" model begini apalagi yang sebelumnya minim pengetahuan keislamannya.

Benarkah berjuang di dalam Islam harus ikut kelompok yang mengklaim No. 1 ...??? seakan kelompok lain itu tidak ada perannya. Istilahnya orang NII, ibadahnya seperti tepukan dan siulan belaka ... (saya tersinggung berat ketika kajian tentang hal ini .... doeloe).

Pertanyaannya, adakah kelompok yang memang benar No. 1 ...?? yang memborong seluruh kebenaran menjadi miliknya ..??? yang mengatasi seluruh problem keumatan ..??? yang menjadi kelompok "Nabi baru", sehingga berhak mengklaim : kalau tidak ikut Ajaran "Nabi baru" ini berarti kafir ... dan jelas masuk Neraka, meskipun mengaku muslim dan mengerjakan sholat serta rukun islam lainnnya.

Inilah Problem Besar di Umat Islam, kalau ente mau membuka mata dan hati. Ketika "mengarsiteki" sebuah kelompok pergerakan sebenarnya para tokohnya hanya merespon kondisi sesaat pada saat itu yang memerlukan sebuah formula baru untuk bisa tetap eksis, dan itu disebut Ijtihad atawa eksperimentasi.

Umat ini perlu Inovasi-inovasi baru dan formula-formula baru untuk menghadapi tantangan masadepannya dengan sumber inspirasi dan arahan Al-Qur'an dan Al-Hadist, sehingga sifatnya akan selalu ada Ijtihad-Ijtihad baru dan begitulh selanjutnya sebagai tanda kehidupan yang bergerak dan Hidup.

Dengan demikian tidak akan ada Ijtihad yang sifatnya Kaku dan tetap atau dengan kata lain "Paling Benar". Yang Benar hanya Al-Qur'an sedangkan Tafsir dan pemahamn atasnya statusnya hanya "mendekati benar" atau "Relatif benar", kerena sudah menjadi ketentuan Allah swt bahwa kehidupan ini selalu bergerak, berkembang dan berubah.

Bila ada sebuah formula saat ini yang mendekati tepat untuk problem keumatan saat ini, belum tentu tepat untuk dimasa depan. Bila kita ngotot "inilah kebenaran", maka generasi mendatang akan tertawa melihat kebodohan kita.

Dan mestinya kita Cerdas sebagai mahluk yang diberikan akal dan hati, ketika ada klaim kebenaran yang begitu melangit, mestinya ada tanda-tanda jelas, ada jejak-jejak yang menandai kebenaran klaimnya. Tidak hanya sebagai pemanis bibir, dan penghibur saja, sedangkan bukti jauh dari apa yang digembar-gemborkan.

Kata-kata "Nanti dan nanti" adalah penghibur para pengikutnya agar tetap loyal dan penyelamat muka para tokoh-tokohnya karena janjinya tidak pernah tepat.

(beberapa kali waktu itu saya diberi tahu tahun yang akan menjdi tonggak sejarah .... tetapi mleset lagiii mleset lagi ... makanya para pengilkut loyal Abu Toto terus dinina bobokan dengan kata Nanti dan Nanti walaupun tak pernah terbukti ... Kaciaaan dech lu dikibulin terusss. .. tidak nyadar-nyadar...)